Saturday, July 3, 2010

KONSEP ASI EKSKLUSIF

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP ASI EKSKLUSIF

  • Akhir-akhir ini, kebanyakan wanita di Indonesia, khususnya para ibu muda, gencar menggalakkan ASI Eksklusif. Tentunya, hal ini merupakan kecenderungan yang sangat positif, karena kebutuhan makanan bayi pada 6 bulan pertama setelah kelahiran memang diperoleh dari ASI. Sayangnya, fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif masih belum maksimal. Bahkan, sebagian ayah belum mengetahui pengertian ASI Eksklusif, padahal ia adalah figur utama yang memberi dukungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif bagi bayinya (Dwi Sunar Prasetyono:2009).

Pengertian ASI Eksklusif
  • Adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air, gula), yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan (Sulityawati:2009)
  • Sedangkan menurut (Dwi Sunar Prasetyono:2009) sesungguhnya yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat.

Pengelompokkan ASI

ASI stadium I
  • ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke 1 sampai hari ke 4. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.

ASI stadium II
  • ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat.

ASI stadium III
  • ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke 10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan (Purwanti: 2004).


Manfaat ASI Eksklusif
  • Menurut (Dwi Sunar Prasetyono:2009) menyusui bayi mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan negara.

Manfaat ASI Bagi Bayi
  • Ketika bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Setelah berumur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, pemberian ASI tetap dianjurkan.
  • Para dokter menyepakati bahwa pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit, serta alergi.
  • Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi yang tidak memperoleh ASI.
  • ASI selalu siap sedia ketika bayi menginginkannya.
  • Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan kepadanya.
  • Bayi yang lahir prematur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI.
  • IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih tinggi 7-9 poin ketimbang bayi yang tidak diberi ASI.

Manfaat ASI Bagi Ibu
  • Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi risiko perdarahan.
  • Lemak disekitar panggul dan pada yang ditimbun pada masa kehamilan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.
  • Risiko terkena kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah.
  • Menyusui bayi lebih menghemat waktu.
  • ASI lebih praktis.
  • ASI lebih murah.
  • ASI selalu bebas kuman.
  • ASI dalam payudara tidak pernah basi.

Manfaat ASI Bagi Keluarga
  • Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula dan peralatannya.
  • Jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedkit biaya guna perawatan kesehatan dan menghemat waktu keluarga.
  • Penjarangan kehamilan lantaran efek kontrasepsi MAL dari ASI eksklusif.
  • Menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia.
  • Keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, dan lain sebagainya ketika bepergian.

Manfaat ASI Bagi Negara
  • Menghemat devisa negara lantaran tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lainnya.
  • Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
  • Penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit.
  • Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka kematian.
  • Melindungi lingkungan lantaran tidak ada pohon yang digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air, dan peralatannya.
  • ASI merupakan sumber daya yang terus menerus diproduksi.

Kiat Memperbanyak Pasokan ASI
  • Menurut (Jane Moody,dkk:2006) kekhawatiran besar yang muncul di minggu-minggu dan bulan-bulan awal menyusui adalah:”Apakah bayi saya mendapatkan cukup susu?” atau “Apakah ia mengalami kenaikan berat yang cukup?”.

Menanggapi kekhawatiran tersebut, kiatnya antara lain:
  1. Makan sebanyak yang anda butuhkan untuk memuaskan rasa lapar. Sering makan selama 24 jam dan makan makanan kecil ketika bayi menyusu.
  2. Minum untuk memuaskan dahaga, tetapi jangan memaksakan diri untuk minum lebih banyak dari yang anda inginkan, karena ini justru bisa mengurangi pasokan air susu.
  3. Memeriksa posisi bayi di payudara anda. Jika terasa nyeri, carilah bantuan.
  4. Hubungi konselor menyusui dan mintalah bantuannya.
  5. Meluangkan waktu untuk memusatkan perhatian dan memberi respons terhadap kebutuhan mengisap dari bayi: menyusui berdasarkan permintaan bayi.
  6. Berikan pula sesi menyusu yang tidak diminta oleh bayi. Mungkin ada baiknya membangunkan bayi untuk menyusu di malam hari jika ia sudah tidur terlalu lama.
  7. Kurangi sumber isapan lainnya: termasuk dot atau botol berisi sari buah atau air.
  8. Untuk sementara waktu jangan mengadakan pesta-pesta besar dirumah anda.
  9. Pilah-pilah tugas rumah tangga dan terimalah semua bantuan yang ditawarkan.
  10. Jangan gunakan perisai puting atau memberikan susu formula, karena ini akan mengganggu pasokan air susu anda.
  11. Matikan telepon selama beberapa jam dan istirahat.
  12. Jika ini bukan anak pertama anda, mintalah bantuan dari teman atau anggota keluarga.
  13. Memompa keluar air susu untuk meningkatkan rangsangan pada payudara.

Faktor Terkait Pemberian ASI Eksklusif
Menurut (Dwi Sunar Prasetyono:2009) ibu perlu mengetahui berbagai aspek yang mengharuskannya untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi sejak 6 bulan pertama kelahirannya.

Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

Aspek pemahaman dan Pola pikir
  • Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Selain itu, kebiasaan para ibu yang bekerja, terutama yang tinggal di perkotaan, juga turut mendukung rendahnya tingkat ibu menyusui. Adapun mitos tentang pemberian ASI bagi bayi, misalnya ibu yang menyusui anaknya dapat menurunkan kondisi fisik dirinya merupakan suatu mitos yang sulit diterima oleh akal sehat.

Aspek Gizi
  • ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan kepada bayi, yang sering disebut kolostrum, banyak mengandung zat kekebalan, terutama Ig A yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, seperti diare.
  • Kadar protein yang dikandung dalam kolostrum lebih tinggi daripada ASI matang atau mature. Adapun kandungan lemak dan laktosanya (gula darah) lebih rendah daripada ASI mature. Kolostrum juga mengandung vitamin, seperti vitamin A, B6, B12, C, D, dan K, serta mineral, terutama zat besi dan kalsium sebagai zat pembentukan tulang. Sama halnya dengan ASI mature, kolostrum juga mengandung enzim-enzim pencernaan yang belum mampu diproduksi oleh tubuh bayi, seperti protease (untuk menguraikan protein), lipase (untuk menguraikan lemak), dan amilase (untuk menguraikan karbohidrat). Itulah yang membuat kolostrum mudah sekali dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang belum sempurna. Jadi dapat disimpulkan bahwa menyusui pada sejam pertama setelah kelahiran bayi, yang dilanjutkan dengan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan, akan menyelamatkan lebih dari satu juta bayi.

Aspek Pendidikan
  • Memberikan ASI eksklusif kepada bayi pada awal kehidupannya (ketika otak masih bersifat plastis) merupakan hal yang sangat penting. Komposisi ASI yang sarat nutrisi lengkap, termasuk DHA dan AA, harus diketahui oleh semua ibu hamil dan menyusui, sehingga bayi mendapatkan nutrisi terbaik sejak awal kehidupannya.
  • Terkait hal itu, perlu diketahui bahwa 80% kecerdasan anak ditentukan saat anak berumur 0-6 bulan dengan pemberian ASI guna membangun sel-sel saraf.

Aspek Imunologik
  • Para ahli berpendapat bahwa ASI mengandung zat anti-infeksi yang bersih dan bebas kontaminasi. Kadar IgA dalam kolostrum cukup tinggi, zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
  • Laktoferin bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri), yang berpengaruh terhadap faktor pertumbuhan Laktobasilus bifidus yang cepat tumbuh dan berkembang biak dalam saluran pencernaan bayi yang mendapatkan ASI. Lysosim yang diproduksi makrofag berfungsi melindungi bayi dari bakteri E.coli dan salmonella, serta virus

Aspek Psikologis
  • Saat menyusui, terjalinlah ikatan psikologis antara ibu dan bayi, yang tidak diperoleh dari pemberian susu formula. Proses ini disebut perlekatan (bonding). Secara psikologis, menyusui mengandung tiga hal penting.
  • Pertama, menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.
  • Kedua, interaksi antara ibu dan bayi. Kasih sayang ibu dapat memberikan rasa aman dan tenang, sehingga bayi bisa lebih agresif menyusui.
  • Ketiga, kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu memberikan rasa aman dan puas.

Aspek Kecerdasan
  • Para ahli gizi sependapat bahwa ASI mengandung DHA dan AA yang dibutuhkan bagi perkembangan otak. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama setelah kelahiran bayi mempunyai dua dampak positif.
  • Pertama, dengan asupan gizi yang optimal, ASI dapat membantu perkembangan sistem saraf otak yang berperan meningkatkan kecerdasan bayi.
  • Kedua, berdasarkan hasil penelitian di Denmark, bahwa bayi yang diberi ASI hingga lebih dari 9 bulan akan tumbuh cerdas.
  • Inilah yang diungkapkan oleh seorang konsultan neonatology RSCM di Jakarta, Prof. Rulina Suradi, Sp.A(K) IBCLC.

Aspek Neurologis
  • Dengan meminum ASI, koordinasi saraf pada bayi yang terkait aktivitas menelan, mengisap, dan bernafas semakin sempurna.

Aspek Biaya
  • Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa menyusui secara eksklusif dapat mengurangi biaya tambahan, yang diperlukan untuk membeli susu formula beserta peralatannya.

Aspek Penundaan Kehamilan
  • Menyusui secara eksklusif dapat menunda datang bulan dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang dikenal sebagai metode amnore laktasi (MAL).

Faktor Lain Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Pengaruh sosial budaya yang negatif
  • Kebiasaan membuang kolostrum (cairan yang keluar pertama dari susu ibu setelah melahirkan) karena kolostrum dianggap kotor disebabkan karena warnanya kekuning-kuningan, padahal kolostrum memberikan zat kekebalan tubuh bayi terhadap berbagai penyakit.
  • Memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain pada waktu bayi baru lahir beberapa hari. Cara ini tidak tepat karena pemberian makanan atau minuman selain ASI akan menyebabkan bayi kenyang sehingga mengurangi keluarnya ASI. Selain itu, bayi menjadi malas menyusui karena sudah mendapat minuman atau makanan tersebut terlebih dahulu.
  • Berbagai tahayul untuk berpantangan makanan yang seharusnya tidakk dimakan oleh ibu yang sedang menyusui seperti ikan dengan anggapan ASI akan berbau amis sehingga bayi tidak menyukainya. Anggapan tersebut tidak tepat karena ikan mengandung banyak ptotein dan akan mempengaruhi rasa pada ASI.

Peran petugas
  • Peran tenaga kesehatan sangat berpengaruh dalam proses pemberian ASI kepada bayi. Bidan, perawat atau dokter adalah orang yang mebantu pertama ibu bersalin di tempat pelayanan kesehatan ataupun di rumah sakit. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan harus mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini. Petugas kesehatan diharapkan meluangkan waktu untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk memberikan ASI eksklusif.

Keluarga
  • Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarga dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut harus menyusui sendiri bayinya. Hubungan yang harmonis akan mempengaruhi lancarnya proses laktasi. Timbulnya stress pada saat kritis dapat menghentikan produksi ASI.

Masyarakat
  • Banyak masyarakat yang mangartikan salah bahwa menyusui dapat merusak payudara sehingga dapat mengganggu kecantikan ibu dan sebagian beranggapan bahwa menyusui merupakan perilaku yang kuno. Bila ibu ingin disebut modern ibu yang menggunakan susu formula (DEPKES RI, 2005).

Informasi
  • Kurangnya informasi kepada ibu yang menyusui juga mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi (DEPKES RI, 2005).

Kelainan ibu

Kelainan ibu yang sering dijumpai pada saat menyusui adalah:

Puting susu lecet atau puting luka
  • Kelainan ini merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Penyebab yang paling utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara. Sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusui akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka maupun retak pada puting. Puting susu yang lecet dan luka dapat berakibat ibu menghentikan pemberian ASI sebelum waktunya.

Payudara penuh dan bengkak
  • Payudara terasa penuh biasanya terjadi pada beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah mulai diproduksi, dan payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat mengalir keluar, ibu tidak merasa demam. Bila ibu merasakan payudara penuh tugas tenaga kesehatan sebaiknya meyakinkan ibu bahwa payudara penuh mmerupakan suatu hal yang normal dan usahakan ibu menyusui sesering mungkin sehingga payudara terasa lebih nyaman, rasa berat akan berkurang dan payudara menjadi lebih baik.
  • Payudara bengkak bila payudara tampak merah, mengkilat, dan sangat nyeri, hal ini terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe, sekresi ASI sudah mulai banyak, dan ASI tidak dikeluarkan sempurna. Payudara bengkak dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusui bayi tanpa jadwal, dan jangan memberi minuman lain pada bayi.

Mastitis dan abses
  • Mastitis merupakan reaksi peradangan payudara yang disertai infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara. Mastitis memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali. Mastitis bisa terjadi mengenai kedua payudara atau satu payudara. Penyebab mastitis antara lain karena puting susu lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik, kompres, dan minum obat pengurang rasa sakit.
  • Abses memperlihatkan gejala klinis berupa tonjolan, kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan terasa sangat nyeri dan teraba fluktuasi, suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses dan kompres atau minum obat pengurang rasa sakit.

Produksi ASI kurang
  • Ibu merasa ASInya kurang padahal sebenarnya cukup. Payudara makin sering dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan produksi ASI makin bertambah.

Ada dua hal yang diyakini sebagai tanda ASI kurang, yaitu:
  1. Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300 gram (dalam 1 minggu pertama kelahiran bayi berat badan bayi masih boleh turun sampai 10% dan dalam kurun waktu 2 minggu sudah kembali ke berat badan semula). Sedangkan pada bulan kedua sampai bulan keenam kurang dari 500 gram perbulan, atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2 minggu.
  2. Bayi mengeluarkan urine (air seni) yang pekat, baunya tajam atau menyengat, dengan kekerapan kurang dari 6 kali per hari.

Hamil atau kesundulan
Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu jarang hamil lagi selama menyusui maka dianjurkan:
  • Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal.
  • Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan utama.
  • Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih. Bila menyusui tetap diteruskan, maka perlu diperhatikan untuk ibu yang menyusui bahwa volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu hamil, puting susu akan lecet, atau ibu akan mengalami keletihan, rasa ASI berubah kearah kolostrum, dan terjadi kontraksi rahim karena hormon ibu hamil

Relaksasi
  • Relaksasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin mulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusui beberapa lama, produksi ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusui dari ibunya apalagi bila bayi sudah diberikan minuman melalui botol.

Kondisi bayi
  • Bayi yang menderita sakit, sering menangis, bingung puting susu, BBLR, dan kelainan kongenital ini bisa mengganggu proses menyusui. Kelainan tersebut perlu ditatalaksana dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui (IDAI, 2008)


Perundangan ASI Eksklusif
  • WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (Dwi Sunar Prasetyono:2009).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
  2. Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta
  3. Moody, Jane, dkk. 2006. Menyusui Cara Mudah, Praktis, & Nyaman. Jakarta: Arcan
  4. Nadhiroh, Siti R. 2008. Menanti Perda ASI Eksklusif. Surabaya: FKM-UNAIR
  5. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
  6. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  7. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
  8. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
  9. Prasetyono, DS. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press
  10. Poerwodarminto. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Alfabeta
  11. Purwanti, Sri. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC
  12. Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
  13. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Kesehatan. Bandung: Alfabeta
  14. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
  15. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Perawatan. Jakarta: EGC
  16. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Penerbit Andi
  17. Suradi R, dkk. 2003. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta: Perkumpulan Perinatalogi Indonesia
  18. Zulfajri, EM. 2001. Kamus Bahasa Indonesia Difa Publizer. Jakarta
  19. Wikipedia bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org. diakses tanggal 13-04-2010, written by Henny Zainal, dr . http://www.petitiononline.com. created by Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). diakses tanggal 03-05-2010
  20. . 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
  21. . 2008. Bedah ASI Kajian dari Berbagai Sudut Pandangan Ilmiah. Jakarta: IDAI

No comments:

Post a Comment