Sunday, July 4, 2010

KONSEP LANJUT USIA (LANSIA ATAU USILA)

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP LANJUT USIA (LANSIA ATAU USILA)

Lanjut Usia
  • Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun atau lebih (Bustan, 2000).
  • Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun dan berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).

  • Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan
  • Hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stress.

Batasan-batasan lanjut usia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
  1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
  2. Lanjut usia (elderly age) antara 60 sampai 74 tahun.
  3. Lanjut usia tua (old age) antara 75 tahun sampai 90 tahun.
  4. Usia sangat tua, di atas 90 tahun.

Tipe-tipe lanjut usia
Tipe arif bijaksana
  • Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

Tipe mandiri
  • Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

Tipe tidak puas
  • Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayanginya, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.

Tipe pasrah
  • Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang terang, mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.

Tipe bingung
  • Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2000).

Perubahan pada proses menua

Perubahan fisik
  • Sistem kekebalan atau imunologi, dimana tubuh kita menjadi rentan terhadap penyakit dan alergi.
  • Basal Metabolic Rate (BMR) pada lansia turun sebesar 20% pada usia 90 tahun dibandingkan usia 30 tahun.
  • Konsumsi energik turun secara nyata dibarengi menurunnya jumlah energi yang dikeluarkan tubuh.
  • Air tubuh turun secara signifikan karena bertambah banyaknya sel-sel mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif.
  • Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan mencerna makanan serta menyerapnya menjadi lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi.
  • Sistem metabolik, yang menyebabkan gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Akibat timbunan lemak.
  • Sistem saraf menurun: rabun dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran berkurang, reaksi (refleks) menjadi lambat, fungsi mental menurun, ingatan visual berkurang.
  • Sistem pernapasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru yang mempersulit pernapasan (sesak), tingkat istirahat jantung meningkat dan tekanan darah meningkat.
  • Kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian, tulang mulai keropos (Hutapea, 2005).

Perubahan mental-emosional/jiwa
  • Daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi.
  • Sering pelupa/pikun.
  • Emosi mudah berubah, sering marah-marah, mudah tersinggung (Bustan, 2000).

Perubahan psikososial
  • Pensiun.
  • Merasa sadar akan kematian.
  • Perubahan dalam cara hidup.
  • Ekonomi, akibat pemberhentian dari jabatan.
  • Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
  • Gangguan saraf panca indera.
  • Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
  • Kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family (Nugroho, 2000).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lanjut usia
  • Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat keruskan gigi atau ompong).
  • Berkurangnya cita rasa (rasa dan buah).
  • Berkurangnya koordinasi otot-otot saraf.
  • Keadaan fisik yang kurang baik.
  • Faktor ekonomi dan sosial.
  • Faktor penyerapan makanan (daya absorpsi) (Nugroho, 2000).

Masalah gizi yang sering timbul pada lansia
Gizi berlebih
  • Gizi berlebih pada lanjut usia banyak terdapat di negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena kurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sukar untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.

Gizi kurang
  • Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi pada organ-organ tubuh vital.

Kekurangan vitamin
  • Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan mundur, kulit kering, lesu dan tidak semangat (Nugroho, 2000).

Syarat menu seimbang untuk lanjut usia
  • Mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur.
  • Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lanjut usia adalah 50% dari hidrat arang kompleks (sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian).
  • Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori.
  • Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lanjut usia, yaitu 8-10% total kalori.
  • Dianjurkan mengandung tinggi serat yang bersumber pada buah, sayur, dan bermacam-macam pati, yang dikonsumsi dalam jumlah secara bertahap.
  • Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt dan ikan.
  • Makanan mengandung tinggi zat besi (Fe), seperti kacang-kacangan, hati, daging, bayam, atau sayuran hijau.
  • Membatasi penggunaan garam.
  • Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna.
  • Hindari bahan makanan yang mengandung tinggi alkohol.
  • Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah seperti makanan lembek (Nugroho, 2000).


Faktor-faktor yang mempengaruhi lanjut usia dalam mengkonsumsi serat
Tingkat pendapatan
  • Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka tingkat konsumsi bahan-bahan hewani seperti daging, ikan, telur semakin meningkat, sedangkan konsumsi bahan makanan yang mengandung serat seperti jagung, sayur, buah cenderung berkurang. Jadi hal itulah yang menyebabkan jumlah konsumsi serat makanan menurun.

Tingkat pendidikan
  • Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pengetahuan tentang serat pangan.

Motivasi
  • Motivasi sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi serat seseorang. Semakin besar motivasi yang didapatkan maka semakin besar pula keinginan seseorang dalam mengkonsumsi kebutuhan akan serat pangan.

Faktor lingkungan
  • Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi serat seseorang. Penduduk pegunungan dan pedesaan lebih sering mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah bila dibandingkan dengan penduduk kota.

Petugas kesehatan
  • Petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat kesehatan sangat berperan dalam jumlah konsumsi serat seseorang. Semakin banyak petugas kesehatan di suatu daerah maka semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang serat pangan di daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Alimul, Azis. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
  2. Almatsier, Sunita (2004). Penuntut Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
  3. Arief, Irfan (2008). Serat si Pencegah Konstipasi. http://id.wikipedia.org.
  4. Diakses: Tanggal 26 Oktober 2008. Jam 11.00 WIB
  5. Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya
  6. Arisman (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
  7. Beck, Mary (2000). Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica
  8. Bustan (2000). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA
  9. Corwin, Elizabeth (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
  10. Dianawuri (2009). Arti Defekasi. http://dianawuri.multiply.com/journal.
  11. Diakses: Tanggal 22 Januari 2009. Jam 12.49 WIB
  12. Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
  13. Hartono, Andri (1999). Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. Jakarta: EGC
  14. Hutapea, Ronald (2005). Sehat&Ceria di Usia Senja. Jakarta: PT. Asdi Makasatya
  15. Irianto, Djoko P. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: ANDI
  16. Mansjoer, Arief (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
  17. Minarno, Eko B. (2008). Gizi dan Kesehatan Persfektif Al-Quran dan Sains. Yogyakarta: SUKSES Offset
  18. Moore, Mary C. (1997). Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta: Hipokrates
  19. Nri (2004). Mengatasi Konstipasi pada Usia Lanjut. http://www.republika.co.id.
  20. Diakses: Tanggal 18 Desember 2008. Jam 10.00 WIB
  21. , Wahjudi (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
  22. Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  23. Oenzil, Fadil (1995). Ilmu Gizi, Pencernaan, Penyerapan dan Detoksikasi Zat Gizi. Jakarta: Hipokrates
  24. Pearce, Evelyn C. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
  25. Sediaoetama, Achmad D (2000). Buku Ilmu Gizi bagi Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jakarta: DIAN RAKYAT
  26. Siregar, Cholina T. (2008). Nutrisi. http://id.wikipedia.org.
  27. Diakses: Tanggal 22 Desember 2008. Jam 10.00 WIB
  28. Stolte, Karen M. (2003). Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC
  29. Tanty (2007). Serat Pangan. http://halalijournal.com.
  30. Diakses: Tanggal 20 Oktober 2008. Jam 08.00 WIB
  31. Uri (2008). Apa Itu Nutrisi. http://vershescha.blogstik.com.
  32. Diakses: Tanggal 22 Desember 2008. Jam 10.30 WIB
  33. Tianshi (2008). Gaya Hidup Sehat Sejahtera. Yogyakarta: Amadeus
  34. Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

No comments:

Post a Comment