Antipiretik
- Penggunaan umum: menurunkan demam (infeksi, inflamasi dan neoplasma)
- Mempengaruhi Termostat hipotalamus
- Menghambat kerja prostaglandin
- Kontra indikasi: hindari pemakaian aspirin atau ibuprofen pada pasien gangguan perdarahan (juga pada anak dan remaja)
- Perhatian: hati2 penggunaan aspirin atau ibuprofen pada penderita ulkus peptikum
- Interaksi:
- Aspirin dosis berat menggeser obat lain yang berikatan dengan protein
- Iritasi GI tambahan dengan: ibuprofen, aspirin, anti inflamasi non steroid, glukokortikoid
- Aspirin atau ibuprofen meningkatkan risiko perdarahan bila digunakan bersama obat hemostasis (antikoagulan, trombolitik, antineoplastik, antiinfeksi)
Implikasi keperawatan:
- kaji demam, catat gejala penyerta (diforesis, takikardia, malaise)
- Diagnosis keperawatan potensial:
- Risti gangguan suhu tubuh (indikasi)
- Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan px/kel)
- Pemberian bersama makan atau antasid dapat meminimalkan iritasi GI (aspirin dan ibuprofen)
- Sediaan oral, rektal atau kombinasi dng obat lain
Penyuluhan Penderita / Keluarga:
- Anjurkan penderita konsultasi dng dokter bila demam tidak berkurang atau demam > 39,5oC atau demam lebih dari 3 hari
- Hati2 pemberian aspirin pada anak atau remaja terutama penyakit virus (varisela, influenza) → Sindrome Reye (muntah, letih, delirium dan koma)
- Evaluasi: efektivitas terapi ditunjukan dengan penurunan demam
Parasetamol
Farmakokinetik:
- Absorpsi: PO: diserap dengan baik
- Distribusi: luas, menembus plasenta, ASI
- Metabolisme: 85-95% di hati, metabolik bersifat toksik pada overdosis, t ½ : 1 – 4 jam
- Eliminasi: ginjal
- Menghambat sintesis prostaglandin (sebagai mediator nyeri dan demam)
Efek terapeutik:
- Analgesik (inhibisi prostaglandin perifer)
- Antipiretik (mengatur setting termostat)
- Inhibisi prostaglandin di SSP
- Tidak memiliki antiinflamasi yg signifikan
- Indikasi: nyeri ringan sampai sedang, demam
- Hipersensitivitas
- Hati2: penyakit hati, ginjal, pencandu alkohol, malnutrisi, kehamilan dan laktasi
Efek samping:
- Nekrotik hepatis, ruam dan urtikaria
- Penggunaan bersama antipsikotik fenotiazin → menyebabkan hipotermia berat
- Penggunaan bersama alkohol, fenobarbital → hepatotoksik
- Dosis: 325 – 1000 mg setiap 6 jam
IMPLIKASI KEPERAWATAN ANTIPIRETIK
Pengkajian
- Kaji status gizi (malnutrisi), pencandu alkohol → risiko hepatotoksik
- Nyeri: kaji jenis, lokasi dan intensitas nyeri sebelum dan 30-60 menit setelah pemberian
- Demam: kaji adanya tanda penyerta: diaforesis, takikardia dan malaise
- Test: fungsi hati dan ginjal, hematopoitik
Penyuluhan
- Minum obat tidak boleh dosis lebih dan lama →hepatotoksik (dewasa mak 10 hari, anak mak 5 hari)
- Hubungi dokter jika ada rasa tidak nyaman, demam tidak berkurang, demam >39,5 oC atau setelah >3 hari
- Evaluasi efektivitas terapi: berkurangnya demam, berkurang rasa tidak nyaman ringan - sedang
ANALGETIK
Asetosal
Farmakokinetik:
- PO: cepat diabsorpsi, rectal tidak tentu
- Distribusi: PP 20 – 50%
- Metabolisme: t ½ : 1 – 3,5 jam
- Eliminasi: ginjal, diekskresi sebagai metabolit
- P: 1 – 2 jam (kadar puncak)
- L: 3 – 5 jam (lama kerja)
- Efek terapeutik: analgesik dan antipiretik
- Efek samping: anoreksia, muntah, diaforesis
- Reaksi yang merugikan: hipoglikemia berat, perdarahan, oliguria, anemia hemolitik, lekopenia
- Dosis: 325 – 650 mg (4x sehari)
PROSES KEPERAWATAN ANALGETIK NON NARKOTIK
Pengkajian
- Tentukan apakah ada riwayat: rasa tidak enak di lambung, perdarahan lambung atau penyakit hati (aspirin dan ibuprofen dapat menimbulkan iritasi lambung)
- Pemakaian asetaminofen dosis tinggi jangka lama dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
- Perencanaan: nyeri klien akan reda dalam waktu 24 – 48 jam
- Intervensi:
- Amati klien thd tanda dan gejala: perdarahan (melena, petekie, ekimosis) ketika klien memakai dosis besar
- Atas ijin dokter, hentikan aspirin 3 – 7 hari sebelum pembedahan untuk mengurangi risiko perdarahan
Penyuluhan pada Klien
- Beritahu klien untuk menjaga obat aspirin dari jangkauan anak2 (dapat menimbulkan toksik)
- Nasehatkan untuk tidak memakai aspirin bersama dengan alkohol, dan antikoagulan (warfarin) → aspirin mengambil alih warfarin dari ikatan protein → banyak warfarin bebas → masa perdarahan memanjang → dapat terjadi perdarahan
- Ajari klien untuk minum aspirin bersama makan
- Beritahu orangtua untuk segera membawa anak yang minum asetosal dengan dosis besar ke UGD
- Beritahu klien untuk tidak memberikan aspirin pada anak sakit virus → dapat menyebabkan Sindrome Reye (muntah, letih, delirium dan koma)
- Beritahu orangtua untuk mengobati anak dengan aspirin sesuai dosis
- Beritahu klien melaporkan: rasa mengantuk, tinitus, sakit kepala, flushing, pusing, perubahan penglihatan → ini merupakan tanda toksisitas aspirin
- Beritahu klien melaporkan: tanda alergi (ruam, biduran, gatal)
- Nasehatkan klien untuk memeriksa label obat bebas, karena beberapa mungkin mengandung aspirin
Evaluasi
- Evaluasi efektivitas: meredakan nyeri
- Jika nyeri menetap → mungkin perlu dilakukan penggantian NSAID atau penyesuaian dosis
- Tentukan jika klien mengalami efek samping → mungkin perlu penggantian obat atau perubahan dosis
Anti Inflamasi
- Antiinflamasi: proses peradangan sebagai respon terhadap cedera jaringan dan infeksi
- Cedera jaringan menyebabkan: pelepasan mediator kimia (histamin, kinin, prostaglandin) → mediator tsb menyebabkan;
- Vasodilatsi (eritema)
- Permeabilitas meningkat (edema)
- Nyeri (akibat edem)
- Demam (akibat pirogen)
- Prostaglandin: menyebabkan vasodilatasi, relaksasi otot polos, meningkatkan permiabilitas kapiler, sensitisasi saraf thd nyeri
- Obat anti prostaglandin (aspirin) bekerja menghambat prostaglandin → karena itu disebut obat antiinflamasi
Ibuprofen
Farmakokinetik:
- Absorpsi: PO: diserap dengan baik
- Distribusi: PP: 98%
- Metabolisme: t ½ : 2 – 4 jam
- Eliminasi: ginjal sebagi metabolit inaktif
Farmakodinamik:
- PO: mula: 30 menit
- P: 1 – 2 jam
- L: 4 – 6 jam
Efek terapeutik:
- Antiinflamasi untuk: artritis rematoid, osteoastritis dan gout
- Meredakan nyeri: dismenorea, perawatan gigi, nyeri muskuloskeletal
- Efek samping: anoreksia, mual, muntah, diare, edema, ruam kulit, purpura, tinitus, pusing letih
- Reaksi merugikan:perdarahan gastrointestinal, diskrasia darah, aritmia jantung, nefrotoksisitas, anafilaksis
- Kontra indikasi: penyakit hati dan ginjal yang berat, asma, tukak tukak peptik
PROSES KEPERAWATAN NSAID
Pengkajian Perencanaan
- Tanyakan riwayat alergi termasuk aspirin → bila ada alergi laporkan dokter
- Kaji klien thd adanya: tidak enak gastrointestinal, edem perifer (keduanya tanda/gejala efek samping NSAID)
- Perencanaan: proses inflamasi akan mereda dalam waktu 1 – 3 minggu
Intervensi Keperawatan
- Laporkan gejala:gastrointestinal, nyeri lambung, mual, muntah, atau diare ketika minum obat antigout
- Rasa tidak enak di lambung dapat dikurangi dengan minum obat bersama makan
- Pantau urine → asam urat dibuang lewat urine, dpt terbentuk batu ginjal → perlu minum banyak
Penyuluhan Pada Klien
- Beritahu klien untuk banyak minum → menambah ekskresi asam urat
- Beritahu klien untuk melaporkan setiap keluhan lambung
- Anjurkan klien untuk minum obat bersama makan
- Anjurkan klien untuk kontrol dan pemeriksaan darah teratur → antigout menyebabkan diskrasia darah
Evaluasi
- Evaluasi respon klien terhadap obat antigout
- Jika nyeri tetap, regimen obat perlu diubah
Referensi
- Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
- Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
- Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC
No comments:
Post a Comment