Apa Itu Diuretik
- Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine
- Diuretik Osmotik
- Penghambat transport elektrolit di tubuli ginjal
- Penghambat karbonik anhidrase
- Benzotiadiazid
- Diuretik hemat kalium
- Diuretik kuat
Diuretik Osmotik
- Diuretik osmotik → meningkatkan osmaliritas plasma dan cairan dalam tubulus ginjal → Na, Cl, K, air diekresikan
- Payah ginjal, menurunkan tekanan intra kranial (edema otak), menurunkan tekanan intraokuler (glaukoma)
Indikasi:
- Oliguria akut akibat syok hipovolemik
- Reaksi transfusi
- Profilaksis GGA
- Menurunkan tekanan/volume intraokuler/ cairan cerbrospinal
- Manitol: 5-25% iv → 1,5-2 g/Kg BB
- Urea: 30% dalam D5 → 1-1,5 g/Kg BB
- Gliserin 50%/75% → 1-1,5g/Kg BB
- Isosorbid → 1-3 g/Kg BB
Cara Kerja Diuretik
Diuretik osmotik:
- Tubuli proksimal → penghambatan reabsorbsi Na dan air melalui daya osmotiknya
- Ansa Henle → penghambatan reabsorbsi Na dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun
- Ductus koligentis → penghambatan reabsorbsi Na dan air akibat adanya papilary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi atau adanya faktor lain
Penghambat enzim karbonik anhidrase: (H + HCO3 → H2CO3)
- Peningkatan pengeluaran Na, K dan bikarbonat
- Mengganggu pompa Na-K yang dikontrol ADH (Na ditahan, K diekresi) → K direabsorpsi, Na diekskresi
Tiazid:
- Hulu tubuli distal → penghambatan terhadap reabsorbsi natrium klorida
- Ansa Henle bagian ascenden pada bagian dengan epitel tebal → penghambatan terhadap transport elektrolit Na, K, Cl
Penghambat Karbonik Anhidrase
- Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis C02 + H2O → H2CO3
- Contoh penghambat karbonik anhidrase adalah: Asetazolamid
- Asetazolamid → menghambat enzim KA → Sekresi H+ oleh tubuli berkurang → meningkatnya ekskresi bikarbonat, Na dan K melalui urine → meningkatnya sekresi elektrolit → meningkatkan ekskresi air
- Asetazolamid → menghambat pembentukan cairan bola mata → dapat digunakan untuk glaukoma
- Asetazolamid → dapat digunakan untuk mengobati epilepsi (efek asidosis)
- Mudah diserap saluran cerna, dosis optimum 2 jam
- Intoksikasi jarang terjadi
- Asetazolamid → mempermudah terjadinya batu ginjal
- Efek merugikan: demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi renal, disorientasi mental
- Asetazolamid → sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil
- Indikasi: glaukoma, acute mountain sickness
Sediaan:
- Asetazolamid: tablet 125 mg dan 250 mg, dosis 250 – 500 mg per hari
- Diklorofenamid: Tablet 50 mg
Benzotiadiazide
- Benzotiadiazide atau Tiazid → efek utamanya meningkatkan ekskresi Na, Cl dan sejumlah air
- Efek diatas disebabkan penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal
- Menurunkan TD → efek diuresis dan vasodilatasi
- Pada Diabetes insipidus → menurunkan diuresis (mekanisme belum jelas)
- Efek pada ginjal → mengurangi kecepatan filtrasi glomerulus
- Efek kaliuresis → akibat bertambahnya natriuresis
- Tiazid berfungsi menghambat ekskresi asam urat → (1) meningkatkan reabsorbsi asam urat di tubuli proksimal; (2) menghambat ekskresi asam urat oleh tubuli
- Absorbsi di saluran cerna baik, distribusi ke seluruh ekstrasel, dapat melewati sawar uri, ditimbun di jaringan ginjal saja
- Intoksikasi jarang terjadi
- Reaksi alergi (karena penyakitnya sendiri): purpura, dermatitis, fotosensitive dan kelainan darah
- Kadar Na, K, Cl diperiksa berkala
- Memperberat insufisiensi ginjal
Indikasi:
- Payah jantung ringan – sedang
- Pada pengobatan digitalis kombinasi dengan diuretik hemat K → mencegah hipokalemi dan intoksikasi digitalis
- Hipertensi
- Diabetes insipidus
Sediaan dan Dosis Tiazid
Diuretik Hemat Kalium
Yang termasuk diuretik hemat kalium:
- Antagonis aldosteron
- Triamteren
- Amilorid
Antagonis Aldosteron
- Aldosteron atau mineralokortikoid → memperbesar reabsorbsi Na dan Cl di tubuli serta memperbesar ekskresi K
- Mekanisme kerja antagonis aldosteron adalah penghambatan kompetitif terhadap aldosteron
- Penyerapan di saluran cerna 70%
- Efek toksik: hiperkalemia
- Efek samping ginekomasti, efek androgen, gejala saluran cerna
- Indikasi: hipertensi, udem, digunakan bersama diuretik lain untuk mengurangi efek hipokalemi
- Sediaan dan dosis:
- Tablet 25, 50, 100 mg
- Dosis dewasa: 25 – 100 mg
- Kombinasi tetap: spironolakton 25 mg dan HCT 25 mg atau spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg
TRIAMTEREN DAN AMILORID
- Efek: memperbesar ekskresi Na dan Cl, ekskresi K berkurang, ekskresi bikarbonat tetap
- Absorbsi melalui saluran cerna baik
- Efek toksik: hiperkalemia
- Efek samping: mual, muntah, kejang kaki, pusing
- Indikasi: udema
- Triamteren; kapsul 100 mg, dosis: 100 – 300 sehari
- Amilorid: Tablet 5 mg, dosis: 5 – 10 mg
- Kombinasi tetap: amilorid 5 mg dengan HCT 50 mg dalam bentuk tablet dosis 1 – 2 tablet sehari
Diuretik Kuat
- Yang termasuk diuretik kuat: asam etakrinat, furosemid, bumetanid
- Mudah diserap dalam saluran cerna
- Reaksi toksik → gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Nefritis interstitialis alergik (akibat furosemid dan tiazide) → gagal ginjal reversibel
- Asam etakrinat → ketulian
- Penggunaan klinik: udema akibat gangguan jantung, hati dan ginjal
- Asam etakrinat: tab 25, 50 mg, dosis: 50 – 200 mg per hari
- Furosemid: tab 20, 40, 80 mg, dosis: < 600 mg per hari
- Bumetanide: tab 0,5 dan 1 mg, dosis: 0,5 – 2 mg sehari
Indikasi Diuretik
- Udem paru → diuresis cepat (furosemid atau asam etakrinat)
- Udem → semua diuretik
- Hipertensi → HCT lebih baik
- Diabetes insipidus → HCT
- Batu ginjal → HCT
- Hiperkalsemia → Furosemid
Efek Samping Diuretik
- Hipokalemia: tiazid, furosemid
- Hiperuresemia: semua diuretik
- Gangguan toleransi glukose dan diabetes: tiazid dan furosemid
- Hiperkalsemia: tiazid
- Hiperkalemia: diuretik hemat kalium
- Sindrome udem idiopatik: diuresis kuat
- Volume deplesion: diuretik kuat
- Hiponatremia: furosemid
ADH (Anti Diuretik Hormon)
- ADH: anti diuretik hormon = vasopresin
- Tempat kerja ADH di ductus koligen → meningkatkan permiabilitas membran thd air
- Efek kardiovaskuler: vasokonstriksi
- ADH per oral tidak efektif → dirusak oleh tripsin → diberikan iv, im, sk
- Efek samping: vasokonstriksi, hipertensi, kulit pucat, peristaltik usus meningkat
- Penggunaan klinik: diabetes insipidus
- Vasopresin=Pitresin → suntikan 20U/ml dalam ampul 0,5 dan 1 ml (im dan sk)
- Vasopresin tanat: 5U/ml (im)
- Bubuk hipofisis posterior: insuflasi hidung
- Lipresin: semprot hidung 50 U/ml
- Desmopresin acetat: lar 0,1 mg/ml dalm botol 2,5 ml (intranasal)
Benzotidiazid
- Klorotiazid dan tiazid telah diketahui dapat digunakan untuk diabetes insipidus
- Mekanisme belum jelas
- Penggunaan klinik: dibanding ADH, benzotiazid kurang efektif untuk diabetes insipidus → berguna bagi penderita yang alergi terhadap ADH
- Dosis: klorotiazid: 1 – 1,5 g/hr, hidroklorotiazid 50 – 150 mg/hari
- Penghambat Sintesis Prostaglandin
- Indometasin → efektif untuk diabetes insipidus nefrogen
- Cara kerja belum jelas
- Ibuprofen kurang efektif dibanding indometasin
DIURETIK (HCT/Furosemid)
Farmakodinamik:
- Absorpsi: GI: H cepat, F 65-75%
- Distribusi: PP: H: 65%, F: 95%
- Metabolisme: t ½ : H: 6-15 jam, F: 30-50 menit
- Eliminasi: ginjal
Farmakodinamik:
- H: PO: M: <2jam, P: 3-6jam, L: 6-12jam
- F: PO: M: < 1jam, P: 1-2 jam, L: 6-8jam
- IV: M: 5 menit, P: 20-30 menit, L: 2jam
Efek terapeutik:
- Menurunkan volume darah dan menambah ekskresi Na, sehingga menurunkan tekanan darah
- Pusing, vertigo, sakit kepala, mual, muntah, diare
- Dehidrasi berat, hipotensi nyata, trombositopenia, agranulositosis
- Payah ginjal, penurunan elektrolit
PROSES KEPERAWATAN DIURETIK
Pengkajian Perencanaan
Pengkajian:
- Kaji tanda vital, elektrolit serum
- Periksa edema pitting
- Periksa bunyi nafas (cairan paru)
- Edema tungkai hilang 1 minggu
- Hasil lab elektrolit normal (penggantian K mungkin diperlukan)
Intervensi Keperawatan
- Pantau tanda vital (TD, denyut jantung) → syock
- Panatau BB klien
- Pantau volume urine
- Pantau hasil lab (elektrolit serum, gula, asam urat, BUN (blood urea nitrogen)
- Periksa tanda: hipokalemia (lemah otot, BU ↓, aritmia, bingung)
Penyuluhan
- Pertahankan nutrisi, kurangi garam, tingkatkan makanan kaya K (pisang, kacang, daging, ikan)
- Pantau klien minum digoksin dan HCT → keracunan digitalis (bradikardi)
- Panatau klien DM dengan HCT → hipoglikemia
- Pelan2 bangun dari tidur ke berdiri
Referensi
- Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
- Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
- Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC
No comments:
Post a Comment