Pengertian
- Analgesik: anti nyeri
- Antipiretik: anti demam
- Obat non narcotik analgetik antipiretik: obat yang dapat menghilangkan/ mengurangi rasa nyeri dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, tanpa mengganggu kesadaran
Cara Kerja
Analgesik:
- Central (Thalamus) → dengan jalan meningkatkan nilai ambang rasa nyeri
- Perifer: merubah interpretasi rasa nyeri
- Antipiretik: melalui termostat di hipotalamus → mempengaruhi pengeluaran panas dengan cara: vasodilatasi perifer dan meningkatkan pengeluaran keringat
- Anti inflamasi: menghambat sintesa prostaglandin
- Prostaglandin menimbulkan eritema, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah lokal
Farmakodinamik
- Efek analgesik: efektif terhadap nyeri intensitas rendah sampai sedang (sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri yang berasal dari integumen, nyeri inflamasi)
- Efek antipiretik: menurunkan suhu saat demam, (fenil butason dan antirematik tidak dibenarkan sbg antipiretik)
- Efek anti inflamasi: untuk kelainan muskuloskeletal (artritis rematoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa), hanya simptomatis
Efek samping
- Induksi tukak lambung, kadang disertai anemia skunder akibat perdarahan saluran cerna
- Gangguan fungsi trombosit → gangguan biosintesis tromboksan A2 (TXA2) → perpanjangan waktu perdarahan (efek ini dimanfaatkan untuk profilaksin trombo-emboli)
- Gagal ginjal pada penderita gangguan ginjal → gangguan homeostasis ginjal
- Reaksi alergi: rinitis vasomotor, edem angioneurotik, urtikaria luas, asma bronkial, hipotensi sampai syok
Klasifikasi non narkotik Analgesik Antipiretik
- Salisilat
- Asam organik
- Para aminofenol
- Firazolon
- Quinolon
- Non Addicting Opioid
Golongan Salisilat
- Merupakan derivat asam salisilat, berasal dari tumbuhan Willow Bark = Salix alba
- Efek farmakologi:
- Anti inflamasi → menghambat sintesa prostaglandin
- Analgesik → sentral dan perifer
- Antipiretik → termostat hipotalamus
- SSP →respirasi (dosis tinggi → depresi pernafasan → respirasi alkalosis → metabolik asidosis, behavior, nausea dan vomiting
Efek farmakologi:
- Endokrin → ACTH ↑, sintesa protrombin ↓, menghambat agregasi trombosit (blooding time ↑)
- Farmakokinetik:
- Reabsorbsi di lambung dan usus,
- Distribusi ke semua jaringan, dapat menembus plasenta
- Ekskresi melalui urine
Penggunaan Klinis:
- Sistemik: analgetik, antipiretik, anti inflamasi, anti gout
- Lokal: keratolitik, counter iritant
- Reaksi merugikan:
- Efek samping: iritasi lambung, alergi
- Toksisitas: salicylisme, hipertermis, gangguan behavior, respirasi alkalosis
Sediaan:
- Acetyl Salicylic Acid (aspirin, acetosal)
- Sodium salisilat
- Salicylamid
- Salicylic acid → sebagai topikal
- Metil salicylat → sebagai topikal
Golongan Asam Organik
- Dibanding aspirin, kurang efektif (sebagai antiinflamasi, analgesik), toksisitasnya lebih kecil
- Efek: analgesik, antipiretik, anti inflamasi, iritasi pada lambung, menghambat sintesa protrombin dan agregasi trombosit
Sediaan:
- Mefenamic acid (Ponstan), Indometacin (Indocin), Ibuprofen (Brufen), Meclofenamat (Meclomen), Fenbufen (Cybufen), Carprofen (Imadil), Diclofenac (Voltaren), Ketoprofen (Profenid)
Golongan Para Amino Fenol
Indikasi:
- Sebagai analgesik dan antipiretik
- Jangan digunakan dalam jangka waktu lama → nefropati analgesik
- Tablet 500mg
- Sirup 120mg/5ml
- Dewasa: 300 – 1g per kali maksimum 4x
- Anak: 10 mg/kgBB/kali maksimum 4x
Perbedaan dengan salisilat:
- Kurang atau tidak iritasi terhadap gaster
- Tidak mempunyai sifat anti inflamasi
- Tidak mempunyai efek uricosuric
- Alergi: eritem, urtikaria, demam, lesi mukosa
- Intoksikasi akut: dizzines, excitement, diorientasi, central lobuler necrosis hepar, renal tubuler necrosis, methaemogloninemia, anemia hemolitik
Reaksi merugikan:
- Intoksikasi kronis: hemolitic anemia, methaemoglobinemia, kelainan ginjal (interatitiel necrosis, papillary necrosis)
- Fenasetin
- Asetaminofen (Parasetamol)
Golongan Pirazolon
Efek farmakologi:
- Analgesik →meningkatkan nilai ambang rasa nyeri
- Antipiretik → mempengaruhi termostat
- Anti inflamasi → efeknya lemah
- Kurang iritasi lambung → kecuali fenilbutazon
- Agranulositosis, anemia aplastik, trombositopenia, hemolisis, udem, tremor, mual, muntah, perdarhan lambubg, anuria
Efek merugikan;
- Fenil butazon, Oksifenbutazon: edema (retensio urina), mulut kering, nausea, vomiting, perdarahan lambung, renal tubuler necrosis, liver necrosis, alergi (dermatitis exfoliative), agranulositosis
- Kontra indikasi: ulcus pepticum, hipertensi, (karena sifat retensi air dan natrium) dan alergi
- Fenilbutazon: digunakan untuk mengobati artritis rematoid
- Efek antiinflamasinya sama kuat dengan salisilat, serta punya efek uricosuric ringan
- Efek retensi natrium dan klorida menyebabkan edema dan bertambahnya volume plasma payah jantung
- Diabsorbsi cepat po → kadar maksimum 2 jam
- Indikasi: pirai akut, artritia rematoid, gangguan sendi (spondilitis ankilosa, osteoartritis)
Sediaan:
- Aminopirin (piramidon) dan Antipirin (fenazon) → tidak digunakan lagi (1977) karena toksik → nitrosamin (karsinogenik)
- Fenilbutazon (butazolidin) dan Oksifenbutazon → karena toksisitasnya (koma, trismus, kejang, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang, proteinuria, hematuria, oliguria, gagal ginjal, ikterus) digunakan jika obat lain yang lebih aman tidak ada
- Dipiron (antalgin/novalgin): Tablet 500 mg dan larutan suntik 500 mg/ml
- Dipiron: hanya digunakan sebagai analgesik antipiretik, antiinflamasinya lemah
- Keamanan diragunakan, sebaiknya digunakan secara suntikan
- Agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia (perhatikan penggunaan jangka panjang)
- Hemolisis, udem, tremor, mual, muntah, perdarahan lambung dan anuria
AINS lainnya
- Asam mefenamat dan Meklofenamat → digunakan sebagai analgesik, sebagai anti inflamasi kurang efektif dibanding aspirin, tidak dianjurkan untuk anak, wanita hamil dan pemakaian >7 hari
- Terikat sangat kuat pada protein plasma → perhatikan interaksi dengan antikoagulan
- Efek samping: dispepsia, iritasi lambung, diare, alergi(eritem kulit, bronkospasme), anemia hemolitik
- Dosis: 2-3kali 250-500mg
- Diklofenak: absorbsi cepat dan lengkap
- Efek samping: mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala
- Tidak disarankan pada waktu wanita hamil
- Dosis dewasa; 100 – 150 mg sehari terbagi 2-3 dosis
- Ibuprofen → bersifat analgesik, antiinflamasinya tidak kuat, tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui
- Absorbsi melalui lambung, kadar maksimum 1-2 jam
- Efek samping: saluran cerna (lebih ringan dibanding aspirin), eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia
- Dosis: 4 x 400mg
- Piroksikam: indikasi untuk antiinflamasi sendi (artritis reumatoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa),
- Efek samping: iritasi lambung, pusing, tinitus, nyeri kepala, eritema kulit,
- Tidak dianjurkan pada wanita hamil, ulcus peptikum dan terapi antikoagulan
- Dosis: 10 – 20 mg per hari
Obat Pirai
Ada 2 macam:
- Obat yang menghentikan proses inflamasi akut: kolkisin, fenilbutason, oksifenbutason, indometasin
- Obat yang mempengaruhi kadar asam urat: probenesid, alopurinol dan sulfinpirazon
Kolkisin
- Merupakan alkaloid dari bunga leli (Colchicum autumnale)
- Sifat anti inflamasi-nya spesifik untuk pirai tidak secara umum
- Tidak meningkatkan: ekskresi, sintesis atau kadar asam urat dalam darah
- Indikasi: pirai
- Dosis: 0,5 – 0,6 mg tiap jam sampai gejala akut reda atau gangguan saluran cerna timbul
Alopurinol
- Menurunkan kadar asam urat
- Obat ini bekerja menghambat xantin oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin → xantin → asam urat
- Efek samping: reaksi kulit (kemerahan), alergi (demam, menggigil, leukopenia, leukositosis, eosinofilia, artralgia, pruritus)
- Dosis: 200 – 400 mg sehari
Referensi
- Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
- Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
- Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC
No comments:
Post a Comment