Sunday, February 14, 2010

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

Dr.Suparyanto, M.Kes

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

INFERTILITAS

  • Infertilitas primer: istri belum pernah hamil walaupun bersanggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
  • Infertilitas skunder: istri pernah hamil, kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersanggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

Masalah infertilitas dapat terjadi pada:
•Masalah sperma:
  • Konsentrasi sperma: 20 – 60 juta/ml yang dianggap normal, jika kurang dari 10 juta/ml makin sulit
  • Motilitas: makin motil sperma makin efektif
  • Morfologi: untuk mengetahui bentuk sperma

•Masalah vagina
  • Sumbatan: psikogen, vaginismus, disparenia
  • Peradangan: Candida albican, Trikomonas vaginalis

•Masalah servik
  • Sumbatan kanalis servik
  • Lendir servik yang abnormal
  • Malposisi dari servik

•Masalah uterus
  • Distorsi cavum uteri
  • Mioma uteri
  • Polip uteri
  • Gangguan kontraksi uterus

•Masalah tuba
  • Penyumbatan tuba, diperiksa dengan pertubasi, memeriksa potensi tuba dengan jalan dengan jalan meniupkan gas CO2 melalui kanula atau kateter Foley yang dipasang pada kanalis servik

•Masalah ovarium
  • Ada tidaknya ovulasi

•Masalah peritoneum
  • Ada tidaknya keradangan atau kelainan lain yang mengganggu fertilitas

GANGGUAN MENSTRUASI

Gangguan haid dan siklusnya dapat digolongkan dalam :
1.Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan haid :
  • Hipermenorea atau Menoragia
  • Hipomenorea

2Kelainan siklus :
  • Polimenorea
  • Oligomenorea
  • Amenorea

3.Perdarahan diluar haid :
  • Metroragia

4.Gangguan lain yang ada hubunganya dengan haid :
  • Dismenorea

HIPERMENOREA / MENORAGIA
  • Perdarahan haid yang lebih banyak dan lebih lama dari normal, penyebabnya mioma uteri, polip endometrium yang menyebabkan gangguan kontraktilitas .

HIPOMENOREA :
  • Perdarahan haid yang lebih pendek dari biasanya ., biasanya disebabkan adanya gangguan endokrin atau miomektomi

POLIMENOREA :
  • Siklus haid yang lebih pendek dari biasanya ( < 21 hari ). Penyebabnya adalah gangguan endokrin atau kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis dsb. Jika disertai perdarahan yang banyak disebut : Polimenoragia

OLIGOMENOREA :
  • Siklus haid lebih panjang dari normal ( . 35 hari ), dapat disebabkan pengaruh psikis atau penyakit TBC

AMENOREA :
  • Keadaan tidak haid 3 bulan berturut turut. Dapat disebabkan TBC , lues , tumor atau akibat kuretase ( Asherman syndrom )
METRORAGIA :
  • Perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubunganya dengan siklus haid . Disebabkan karena abortus, kehamilan ektopic, carcinoma corpus uteri, carcinoma cervix dan endometritis haemoragika.

DYSMENOREA ;
  • Keadaan nyeri sewaktu haid . Penyebabnya psikis, anemia, penyakit menahun (TBC), obstruksi canalis cervikalis, kelainan endokrin.


KET (KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU)

  • Batasan : hasil konsepsi ber implantasi di luar endometrium, umumnya di tuba Fallopii, tetapi dapat juga di ovarium maupun abdomen

Etiologi :
  • Gangguan transportasi dari hasil konsepsi
  • Radang panggul ( PID )
  • AKDR
  • Penyempitan lumen akibat tumor
  • Kelainan hormonal :
  • Induksi ovulasi
  • Ovulasi yang terlambat

Gejala klinis :
  • Tanda kehamilan : amenoroe, mual
  • Pembesaran uterus, yang disertai adanya mass / tumor didaerah adneksa
  • Nyeri perut, dan nyeri saat cervik digoyang
  • Perdarahan, dan akibatnya hipovolemik
  • Cavum Douglasi menonjol akibat adanya bekuan darah

Penatalaksanaan :
  • Laparotomi : salfingektomi atau salfingo-ooforektomi
  • Mengatasi syok dengan tranfusi

CYSTOMA OVARII

  • Tumor jinak ovarium yang berbentuk kista, berasal dari corpus luteum (non neoplastik) tetapi ada juga yang neoplastik.
  • Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih, serus dan berwarna kuning.

Gejala klinis :
  • Adanya mass di perut
  • Nyeri bila ada torsi pada kistoma yang bertangkai

Penatalaksanaan : operatif , pengangkatan kista dengan reseksi ovarium

MYOMA UTERI

  • Tumor jinak pada otot uterus, berdasar letaknya dibagi :
  • Myoma submucosa : terletak dibawah endometrium
  • Interstitial / intramural : terlrtak pada myometrium
  • Subserosa : terletak dibawah tunika serosa

Etiologi : belum jelas, disangka dari sel sel otot yang belum matang
Gejala klinis :
  • Sering tidak memberikan gejala
  • Adanya mass / benjolan dibawah perut
  • Perdarahan
  • Nyeri perut bagian bawah

Penatalaksanaan :
  • Konservatif, jika tak ada keluhan, dengan pemeriksaan periodik
  • Operasi :
  • Myomektomi
  • Hysterektomi : pada myoma yang besar dan multiple


MOLA HIDATIDOSA

  • Batasan : suatu neoplasma jinak dari trofoblas, dimana terjadi kegagalan pembentukan plasenta atau fetus, dengan terjadinya villi yang menggelembung sehingga menyerupai bentukan seperti buah anggur.

Gejala klinis :
  • Tanda kehamilan muda yang disertai perdarahan berulang
  • Hiperemesis
  • Tidak dirasakan gerakan janin atau balotemen
  • Tinggi uterus lebih besar dari usia kehamilan
  • Keluarnya gelembung mola bersama perdarahan
  • Titrasi Galli-Mainini positip sampai pengenceran 1/400

Penatalaksanaan :
  • Perbaiki keadaan umum
  • Kuretase
  • Berikan ergometrin 3 x I tablet selama 5 – 7 hari

CARCINOMA SERVIX

  • Tumor ganas pada cervix, dan merupakan kasus terbanyak, umur penderita antara 30 – 60 tahun, terbanyak 45 – 50 tahun

Etiologi :
  • Sebab langsung belum diketahui, tetapi berhubungan erat dengan faktor :
  • Jarang diketemukan pada perawan ( virgo )
  • Sering pada yang kawin, terutama pada gadis yang koitus pertamanya pada umur muda < 16 tahun
  • Sering pada multiparitas, terutama yang jaraknya dekat
  • Sering pada wanita dengan higiene suksual jelek
  • Sering pada wanita yang berganti ganti partner sek
  • Sering pada wanita yang suaminya tidak sirkumsisi ( ada smegma )
  • Sering pada wanita yang terinfeksi virus HPV ( Human Papilloma Virus, tipe 16 atau 18 )
  • Sering pada wanita perokok

Pembagian tingkat keganasan :
  • Tingkat I : carsinoma in situ, membrana basalis masih utuh
  • Tingkat II : carcinoma mikro invasif, sudah terjadi penyebaran tetapi belum sampai dinding panggul
  • Tingkat III : penyebaran sudah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul
  • Tingkat IV : telah terjadi metastase yang jauh

Gambaran klinis :
  • Keputihan, makin lama berbau busuk
  • Perdarahan sehabis coitus
  • Perdarahan spontan
  • Gejala metastase jauh

Untuk mengetahui diagnosa dini perlu dilakukan pemeriksaan sitologi usapan servix yang disebut : Pap Smear

Penatalaksanaan :
  • Pada tingkat dini ( in situ ) dilakukan operasi histerektomi sederhana
  • Pada tingkat II dilakukan radioterapi
  • Pada tingkat III dan IV bersifat paliatif dan radioterapi

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU NIFAS DI BPS WILAYAH PUSKESMAS JABON JOMBANG

ABSTRAK

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU NIFAS DI BPS WILAYAH PUSKESMAS JABON JOMBANG

Oleh: Siti Sri Wahyuni

Pembimbing: Dr. Suparyanto, M.Kes; Yasmin Indriyas Y W, SST


Masa nifas adalah periode dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan sebelum hamil, lama masa nifas ini 6 minggu. Sedangkan faktor ibu nifas tidak mobilisasi dini adalah ibumasih letih, nyeri pada daerah jalan lahir selain itu ibu tidak mengetahui tentang pentingnya mobilisasi dini, tujuan, manfaat dan cara pelaksanaanya. Tujuan penelitian disini untuk mengetahui hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus pada ibu nifas

Desain penelitian menggunakan desain analitik Cross Sectional dengan menggunakan data primer. Jumlah sampel 30 orang, pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling. Variabel bebasnya adalah mobilisasi dini, sedangkan variabel tergantungnya adalah involusi uterus. Pengolahan data dengan tabulasi silang. Analisa statistik dengan uji Chi Square dengan taraf signifikasi α = 0,05

Dari hasil penelitian didapatkan data 27% ibu nifas yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan involusi uterus tidak normal 43% yang selanjutnya dianalisis menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai ρ 0,003.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa sebagian besar ibu nifas melakukan mobilisasi dini, sebagian besar involusi uterus normal dan ada hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus pada ibu nifas.

Bagi peneliti berikutnya disarankan meneliti hubungan involusi uterus dari faktor yang lainnya dengan menggunakan sampel yang homogen dalam kurun waktu yang lebih lama, sehingga didapatkan data yang lebih akurat.

Kata Kunci : Mobilisasi dini, Involusi uterus, Ibu nifas

Saturday, February 6, 2010

HAMIL / GRAVIDA / PREGNANCY

Dr. Suparyanto, M.Kes

HAMIL / GRAVIDA / PREGNANCY
  • Kehamilan adalah proses pertumbuhan embrio didalam uterus akibat nidasi hasil konsepsi ovum oleh sperma
Jadi tiap kehamilan harus ada
  • Ovum (sel telur)
  • Sperma (sel benih laki-laki)
  • Konsepsi: proses peleburan antara ovum dan sperma menjadi zigot
  • Migrasi: proses bergeraknya zigot dari tuba Pallopii ke endometrium uterus
  • Nidasi: proses masuknya zigot kedalam endometrium
PERTUMBUHAN OVUM
  • Setelah Ovulasi, ovum dilingkari oleh Zona pellusida yang diluarnya terdapat Korona radiata
  • Selama migrasi di tuba, korona radiata makin habis sehingga hanya dilapisi oleh Zona pellusida
  • Ovum terapung apung dalam sitoplasma kekuningan yang disebut Vitellus
  • Konsepsi umumnya terjadi di ampulla tuba, dan hanya satu sperma yang dapat menembus Zona pellusida, karena pada kepala sperma mengandung enzim Hyaluronidase, setelah memasukan satu sperma zona pellusida berubah sifat sehingga tidak dapat dimasuki lagi oleh sperma lain
  • Zigot yang terbentuk kemudian membelah diri menjadi Morula, kemudian terbentuk rongga didalamnya dan berubah jadi Blastula, rongga didalam Blastula disebut Exocoeloom
  • Pada stadium blastula, sel pada dindingnya akan membentuk Trofoblast
  • Trofoblast punya kemampuan menembus endometrium / desidua untuk Nidasi umumnya di fundus, terjadi pada hari ke 6 serta mampu menghancurkan sel desidua dan mengambil zat gizinya untuk memberi makan zigot
  • Desidua Kapsularis : desidua yang menyeliputi hasil konsepsi
  • Desidua Basilaris : desidua antara hasil konsepsi dan dinding uterus, disinilah plasenta nanti terbentuk
  • Desidua Parietalis : desidua yang menyeliputi dinding uterus lainya
  • Didalam exocoeloom ada bintik benih, yang didalamnya akan terbentuk rongga yang disebut : Rongga Amnion, yang dibatasi oleh Sel Ectoderm yang akan membentuk : kulit, rambut, kuku, gigi dan saraf
  • Pada saat bersamaan tumbuh rongga lain yang disebut : Yolk sac / Ruang Kuning telur, yang dibatasi oleh Sel Entoderm, yang akan membentuk : saluran cerna, nafas, kandung kencing dan hati
  • Antara Ectoderm dan Entoderm akan tumbuh lapisan Mesoderm, yang akan membentuk : otot, tulang, jaringan ikat, jantung, pembuluh darah dan limfa
  • Mesoderm juga melapisi Amnion, Yokl sac dan Exocoeloom, sehingga
  • Yolk sac dilapisi : luar : Mesoderm, dalam : Entoderm
  • Amnion dilapisi : luar : Mesoderm, dalam : Ektoderm
  • Exocoeloom dilapisi : luar : Trofoblast, dalam : Mesoderm
  • Trofoblast yang sebelah dalamnya telah dilapisi oleh Mesoderm disebut : CHORION
  • Daerah antara amnion dan yokl sac terdiri 3 lapisan : Ectoderm, Mesoderm dan Entoderm yang disebut : Discus Embryonale, dibagian inilah janin akan terbentuk
  • Janin terus tumbuh kearah rongga amnion sehingga amnion memenuhi seluruh exocoeloom dan bersatu dengan Chorion
Chorion terdiri dua lapis :
  1. Cytotrofoblast / Lapisan Langhans: lapisan chorion sebelah dalam yang berhubungan dengan Mesoderm
  2. Syncytiotrofoblast / Syncytium : lapisan chorion sebelah luar yang berhubungan dengan Desidua
  • Chorion yang terdapat pada desidua kapsularis villinya akan mati karena kurang makan sehingga gundul disebut : Chorion Leave
  • Chorion yang tumbuh pada desidua basalis villinya tumbuh subur dan berubah jadi plasenta disebut : Chorion Frondosum
PLASENTA
  • Adalah alat yang sangat penting bagi janin, karena merupakan alat pertukaran zat antara janin dan Ibu
  • Jiwa janin sangat tergantung pada plasenta, baik tidaknya janin tergantung pada baik tidaknya plasenta
  • Darah ibu dan janin tidak dapat bercampur, karena terpisah oleh lapisan jaringan yang disebut : Membrana Plasentae
  • Pada akhir kehamilan plasenta berbentuk seperti cakram dengan diameter 15-20 cm, tebal 2-3 cm dan berat 500 gr, terletak pada dinding rahim sebelah depan / belakang fundus
Plasenta terdiri dua lapisan :
  1. Lapisan Foetal : lapisan yang menghadap ke janin, warnanya keputihan dan licin karena tertutup amnion
  2. Lapisan Maternal : lapisan yang menghadap ke rahim, warnanya kemerahan dan terbagi oleh celah celah menjadi 16-20 bagian yang disebut Cotyledon
FUNGSI PLASENTA
1.Tempat Pertukaran Zat :
  • Makanan
  • O2
  • Antibodi dari Ibu
  • Zat sampah CO2, ureum dari janin ke Ibu
2.Penghasil Hormon :
  • Estrogen
  • Progesteron
  • HCG : Human Chorionic Gonadotropic Hormon
  • HPL : Human Plasental Lactogen Hormon
  • HCT : Human Chorionic Thyrotropic Hormon
  • HCCT : Human Chorionic Corticotropic Hormon
  • TSH Releasing Hormon
  • LH / FSH Releasing Hormon
3.Sebagai Barrier :
  • Barrier kuman dari Ibu ke janin, virus dapat masuk
LIQUOR AMNII (AIR KETUBAN)
  • Normal volumenya satu liter, jika > 2 liter disebut : Hydramnion, jika < 500 ml disebut Oligohydramnion
  • Sifatnya basa, mengandung air, ureum, protein, asam kencing, gula, garam, enzim, kulit badan janin (vernix caseosa), rambut halus janin (lanugo)
Fungsi Ketuban :
  1. Memungkinkan gerak bebasjanin
  2. Melindungi janin dari tauma luar
  3. Mempertahankan suhu yang tetap pada janin
  4. Membuka servix pada saat partus
  • Air ketuban terus dibuat dan dialirkan
  • Diduga berasal dari transudat darah Ibu, kencing  janin
TALI PUSAT / FOENICULUS
  • Menghubungkan antara pusat janin dan plasenta
  • Warna keputihan, berpilin, panjang 50 cm, diameter 1-1,5 cm
  • Dilapisi oleh amnion, mengandung 2 a. Umbilicalis dan 1 v.Umbilicalis dan zat seperti jely yang disebut: Wharton’s Jelly
  • Arteri mengandung darah kotor , sedang vena mengandung darah bersih

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA REMAJA PUTRI (STUDI KASUS DI STIKes ICMe JOMBANG)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA REMAJA PUTRI (STUDI KASUS DI STIKes ICMe JOMBANG)

Oleh: Setyarini Indah Lestari

Pembimbing: Dr. Suparyanto, M.Kes; Yasmin Indriyas Y.W, SST

Beberapa saat sebelum menstruasi, sejumlah wanita mengalami rasa tidak nyaman yang biasa disebut dengan premenstrual syndrome (PMS). Salah satu penyebab PMS adalah defisiensi zat gizi. Pada studi pendahuluan di STIKes ICme Jombang pada bulan mei 2009, dari 15 orang, didapatkan 11 orang (73,3%) yang mengalami PMS dan 4 orang (26,7%) yang tidak mengalami PMS. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian PMS pada remaja putrid di STIKes ICMe Jombang.

Desain penelitian menggunakan analitik Cross Sectional dengan menggunakan data primer. Jumlah sampel 186 orang, diambil secara Simple Random Sampling. Variabel bebasnya adalah status gizi, sedangkan variabel tergantungnya adalah PMS. Pengumpulan data dengan pengukuran antropometri dan kuesioner, hasilnya dianalisa menggunakan uji Mann Whitney dengan taraf signifikasi α=0,05.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar PMS dialami oleh responden yang mempunyai status gizi kurang yaitu sebanyak 43 orang (70,5%). Dari uji Mann Whitney didapatkan hasil ρ=0,011.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian PMS pada remaja putri. Oleh karena itu, disarankan pada remaja putri untuk mempertahankan status gizi yang baik, sehingga dapat mencegah PMS.

Kata Kunci : Status Gizi, Premenstrual syndrome, Remaja Putri.

Tuesday, February 2, 2010

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN OLIGOMENORE PADA REMAJA (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Jombang)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN OLIGOMENORE PADA REMAJA
(Studi Kasus di SMA Negeri 2 Jombang)

Oleh : Luluk Puji Astutik

Pembimbing: Dr. Suparyanto, M.Kes; Yasmin Indriyas Y.W, SST

Remaja khususnya yang berusia 14 hingga 17 tahun rentan mengalami stres, karena pada usia ini remaja belum mampu berpikir berat sehingga mereka menjadi stres yang akhirnya menyebabkan sulit untuk berkonsentrasi dan berpikir di sekolah. Beban berat yang dialami remaja dapat menimbulkan berbagai penyakit termasuk gangguan hormonal yang berdampak pada gangguan haid diantaranya oligomenore atau siklus haid memanjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres dengan kejadian oligomenore pada remaja di SMA Negeri 2 Jombang.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2009. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik Case-control study dengan populasi semua siswi kelas XII SMA Negeri 2 Jombang yang berjumlah 224 siswi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 130 siswi yang terdiri dari 65 siswi kelompok kasus dan 65 siswi kelompok kontrol. Proses pengumpulan data menggunakan kuesioner, hasilnya dianalisa menggunakan uji Chi-square dengan taraf signifikasi α=0,05 dan perhitungan Odds Ratio (OR).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 65 siswi yang mengalami oligomenore (kasus) sebagian besar mengalami stres yaitu sebanyak 41 siswi (63,0%), sedangkan dari 65 siswi yang tidak mengalami oligomenore (kontrol) hanya 22 siswi (33,8%) yang mengalami stres. Dari uji Chi-square didapatkan hasil ρ=0,001 sedangkan hasil perhitungan Odds Ratio=3,3 menunjukkan bahwa siswi yang mengalami stres mempunyai risiko 3,3 kali lebih besar terkena oligomenore dibandingkan dengan siswi yang tidak mengalami stres.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara stres dengan kejadian oligomenore pada remaja di SMA Negeri 2 Jombang. Dengan demikian hendaknya remaja dapat lebih berpikir positif dalam menghadapi permasalahan yang dialami guna meminimalisasi risiko terjadinya stres sehingga dapat mencegah terjadinya oligomenore dan jika remaja mengalami stres hendaknya melakukan refresing.


Kata kunci : stres, oligomenore, remaja.

Monday, February 1, 2010

HUBUNGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DPT DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DPT (Studi Di Desa Sukodadi Kabuh Jombang)

ABSTRAK

HUBUNGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DPT DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DPT
(Studi Di Desa Sukodadi Kabuh Jombang)

Oleh : Hesty Dianingtyas

Pembimbing: Dr. Suparyanto, M.Kes; Lilis Suryawati, S.ST

Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam tinggi dan tampak adanya selaput putih kotor pada tonsil (amandel) yang dengan cepat meluas dan menutupi jalan napas. Di Indonesia cakupan imunisasi pada anak usia 12-23 bulan menurut jenisnya yang tertinggi adalah imunisasi BCG (86,9%), campak (81,6%), polio tiga kali (71,0%), DPT tiga kali (67,7%) Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 1 Februari sampai 28 Februari 2009 di Desa Sukodadi Kabuh Jombang didapatkan cakupan imunisasi DPT tidak lengkap sebanyak 45 (42,75%) bayi dari 95 bayi dan lengkap sebanyak 25 (23,72%), BCG sebanyak 54 (51,3%) bayi dari 95 bayi, Polio sebanyak 58 (55,1%) bayi dari 95 bayi, Campak sebanyak 48 (45,6%) bayi dari 95 bayi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap ibu dalam pemberian imunisasi DPT di Desa Sukodadi Kabuh Jombang, mengidentifikasi kelengkapan imunisasi DPT di Desa Sukodadi Kabuh Jombang serta menganalisa hubungan sikap ibu dalam pemberian imunisasi DPT dengan kelengkapan imunisasi DPT di Desa Sukodadi Kabuh Jombang. Penelitian ini menggunakan desain analitik cross sectional dengan populasi yang berjumlah 90 yang dilakukan secara total sampling. Pengujian data dengan uji statistik “chi square” dengan angka ρ =0,001 < α= 0,05.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa sikap ibu yang positif terhadap pemberian imunisasi DPT cenderung lengkap dalam sebanyak 53 responden (58,9%).

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sikap ibu dalam pemberian imunisasi DPT di Desa Sukodadi Kabuh Jombang adalah positif, kelengkapan imunisasi DPT di Desa Sukodadi Kabuh Jombang adalah lengkap serta ada hubungan sikap ibu dalam pemberian imunisasi DPT dengan kelengkapan imunisasi DPT.

Dari hasil penelitian ini diharapkan para bidan dapat meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan memberikan penyuluhan atau informasi tentang imunisasi DPT bagi ibu bayi untuk melengkapkan imunisasi DPT nya.

Kata kunci : Sikap, Imunisasi