Saturday, March 19, 2011

KONSEP DESINFEKTAN Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP DASAR DESINFEKTAN

PENGERTIAN DESINFEKTAN
  • Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. 
  • Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lant

INFEKSI LUKA OPERASI Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

INFEKSI LUKA OPERASI

PENGERTIAN INFEKSI
  • Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).
  • Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen ti

KONSEP BEDAH OPERASI Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP BEDAH OPERASI

Pengertian
  • Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter, 2006)

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

Perawatan bayi baru lahir dapat dilakukan :
  1. Perawatan segera setelah bayi lahir (perawatan rutin dikamar bersalin)
  2. Perawatan di ruang bayi
  3. Perawatan di rumah
  • Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus. Dikatakan bayi baru lahir pada usia 0-7 hari

CARA MERAWAT TALI PUSAT
  1. Pastikan tali pusat tetap kering

Friday, March 18, 2011

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR Menurut dr. Suparyanto, M.Kes:

dr. Suparyanto, M.Kes: KONSEP ISTIRAHAT TIDUR

INSOMNIA Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

INSOMNIA

DEFINISI INSOMNIA
  • Isomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur. Ada 3 macam insomnia yaitu initial insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur tidak ada, intermittent insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur sebab sering terbangun, dan terminal insomnia adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.
  • Insomnia suatu kesulitan untuk tidur, atau bertahan tidur, atau tidur dengan nyenyak. Dampaknya adalah distress (stres yang mengganggu) yang pada keesokan harinya bermanifestasi sebagai rasa lemas, lesu, menurunnya kemampuan berpikir, serta menjadi mudah tersinggung.
  • Insomnia sendiri didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur.
  • Insomnia dapat juga merupakan gejala pelbagai penyakit fisik maupun mental, dapat pula merupakan penyakit tersendiri. Dalam penggolongan diagnosis penyakit, insomnia dapat merupakan suatu gangguan pada fungsi atau organ tubuh yang lain, misalnya jantung, paru-paru, pencernaan, saraf, tulang dan otot, endokrin, serta kanker.
  • Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek (short sleepers), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek, mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari.

Insomnia ada tiga jenis:
  1. Jenis transient (artinya cepat berlalu), oleh karena itu insomnia jenis ini hanya terjadi beberapa malam saja.
  2. Jenis Jangka pendek. Jenis dapat belangsung sampai beberapa minggu dan biasanya akan kembali seperti biasa.
  3. Jenis kronis (atau parah) gangguan tidak dapat tidur berlangsung le bih dari 3 minggu.

PENYEBAB INSOMNIA

1)Faktor Psikologi :
  1. Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insonia transient.
  2. Problem Psikiatri
  3. Depresi paling sering ditemukan. Kamu bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak kamu ingini, adalah gejala paling umum dari awal depresi, cemas, neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.
  4. Sakit Fisik
  5. Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat di tanggulangi dengan baik ,gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.

2). Faktor Lingkungan
  • Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api, pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.
  • Gaya Hidup
  • Alkohol , rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

PENDEKATAN PENYEMBUHAN INSOMNIA
  1. Tidurlah hanya sebanyak yang diperlukan untuk istirahat, atau untuk menyegarkan badan kembali pada saat bangun tidur.
  2. Miliki jadwal tidur yang reguler dan rasional
  3. Jangan bekerja saat hendak tidur
  4. Buat udara kamar tidur segar dengan ventilasi yang baik.
  5. Kurangi suara yang tidak menyenangkan, kurangi cahaya yang tidak diperlukan.
  6. Jangan tidur pada saat kondisi sedang lapar, hal ini dapat membuat terbangun nantinya hanya karena ingin mencari makanan.
  7. Hindari minuman yang mengandung kafein, seperti pada kopi, cola, teh dan coklat.
  8. Percayakanlah waktu bangun pada alarm jam. Dengan sering melihat jam dikamar akan mempengaruhi reaksi emosi.
  9. Olah raga ringan (yoga) 6 jam sebelum tidur. Olah raga aerobik selama 20 menit dapat meningkatkan suhu dan metabolisme badan dan akan menurun kembali sekitar 6 jam kemudian. Penurunan metabolisme dan suhu badan dapat memungkinkan tidur nyenyak.
  10. Hilangkan segala kecemasan, pikiran tentang rencana besok, pikiran tentang tugas yang belum selesai.

PENYEMBUHAN INSOMNIA
  1. Tidurlah hanya sebanyak yang kamu perlukan untuk istirahat, atau untuk menyegarkan badan pada saat bangun tidur.
  2. Miliki jadwal tidur yang reguler dan rasional
  3. Jangan bekerja saat hendak tidur
  4. Buat udara kamar tidur segar dengan ventilasi yang baik.
  5. Kurangi suara yang tidak menyenangkan, kurang cahaya yang tidak diperlukan.
  6. Jangan tidur dengan kondisi kamu lapar, sehingga akan membuat kamu terbangun nantinya hanya karena ingin mencari makanan.
  7. Hindari minuman yang mengandung kafein, seperti pada kopi, cola, teh dan coklat.
  8. Percayakanlah saat waktu bangun kamu pada alarm jam kamu. Dengan sering melihat jam dikamar akan mempengaruhi reaksi emosi.
  9. Olah raga ringan (yoga) 6 jam sebelum tidur.
  10. Olahraga aerobik selama 20 menit dapat meningkatkan suhu dan metabolisme badan dan akan menurun kembali sekitar 6 jam kemudian. Penurunan metabolisme dan suhu badan dapat memungkinkan tidur nyenyak.
  11. Hilangkan segala kecemasan, pikiran tentang rencana besok, pikiran tentang tugas yang belum selesai.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Aziz, A, H. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
  2. Aziz, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
  3. Aziz, 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
  4. Aziz, 2008. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
  5. Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
  6. Aryo, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
  7. Banyu, 2010. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Tangerang: Karisma.
  8. Damandiri, 2010. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC
  9. Davis, E, 2005. Panduan Relaksasi dan Reduksi Stres. Jakarta: EGC.
  10. Hardi, W, 2000. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
  11. Iwan, 2009. Skala Insomnia (KSPBJ Insomnia Rating Scale). http://www.sleepnet.com 24 Juni 2010; 10.00 WIB
  12. Kusyati E, 2006. Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.
  13. Mar, E, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika.
  14. Martono, 2005. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Tangerang: Karisma.

  15. , 2006. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Tangerang: Karisma.
  16. Nugroho W, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC
  17. Nursalam, 2007. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  18. Perry, A, 2005. Buku Saku Keterampiln Dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC
  19. Potter A, P, 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
  20. Purnomo,W, 2006. Teknik Penulisan Usulan Penelitian Kualitatif Dan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Kesehatan. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
  21. Ramaiyah, 2009. Yoga Untuk Kesehatan. Tangerang: Karisma
  22. Robinson, 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
  23. Setyoegoro, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
  24. Suryabarata, 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada
  25. Wahjudi, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
  26. Tarwoto, W, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  27. Widyantoro, 2010. Yoga yuk, biar fit. Jakarta: Raketindo Primedia Mandiri.
  28. Worby, 2007. Memahami Segala Tentang Yoga. Tangerang: Karisma

KONSEP CEMAS Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP KECEMASAN

PENGERTIAN KECEMASAN

  • Kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang terlalu mengkhawatirkan kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi dimasa depan yang tidak bisa dikendalikan dan jika itu terjadi akan dinilai sebagai “mengerikan”( Sivalitar, 2007 ).
  • Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampuir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan meruakan suatu reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan karena itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung gejala- gejala lain dari berbagai gangguan emosi. ( Savitri, 2003 )
  • Kecemasan merupakan suatu “ tanda bahaya “ yang membuat orang yang bersangkutan waspada dan bersiap diri melakukan upaya untuk mengatasi ancaman yang bersifat internal tidak jelas dan konfliktual.(Kartijo, 2002)
  • Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas tentang kepribadian dan khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2000).
  • Kecemasan adalah sebab dari resepsi dimana terdapat konflik emosional antara id dan super ego (Freund, 2002).

PENYEBAB KECEMASAN

a  Faktor predisposisi

1). Teori Psikoanalitik
  • Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen yaitu id, ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Kecemasan merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.

2). Teori Interpersonal
  • Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal, hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berhahaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan

3). Teori Perilaku
  • Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan dorongan, keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupanya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berat pada kehidupan yang berat dan pada kehidupan masa dewasanya

4). Teori Biologis
  • Menurut Selye, otak mengandung reseptor khusus untuk benzo diazepine reseptor ini membantu mengatur kecemasan Penghambat asam amino butirikgamma neuro regulator juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan sebagai halnya dengan endokrin. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi reseptor.
  • Menurut W. B. Cannon sentrum-sentrum dalam otak yang diduga mempunyai pengaruh penting dalam masalah emosi adalah hipotalamus retikuler aktivasi sistem (RAS) dan sistem limbik. Fungsi dari sisteni aktivasi retikuler adalah untuk mempersiapkan areal-areal dalam otak untuk rangsangan yang akan datang. Sistem limbik adalah bagian dari otak yaitu viceral brain (otak dalam) yang merupakan kesatuan integritas dan menerima impuls dari organ tubuh. Impuls dan viceral dapat sampai ke korteks melalui sistem limbik. Salah satu aspek yang penting dalam penyaluran impuls adalah zat-zat Catecholamines Neurotransmitter tidak secara homogen tersebar di seluruh otak akan tetapi berkonsentrasi di bagian-bagian otak tertentu.
  • Dari penyelidikan-penyelidikan telah dibuktikan bahwa kemampuan untuk mengalami suatu emosi tidak hanya tergantung dari kadar adrenalin yang meningkat tetapi jenis emosi yang dialami dan diperhatikan tergantung, dari faktor-faktor dan stimulus dalam lingkungan.
  • Bila pada seseorang terdapat kadar neurotransmitter meningkat, dia akan merasakan suatu emosi (menangis, tertawa, takut. dan cernas) dibuktikan juga bahwa kesehatan umum seseorang dapat sebagai predisposisi kecemasan-kecemasan yang disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya mcnurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

b. Faktor Presipitasi

1). Ancaman Integritas Diri
  • Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan, sampah. rumah dan makanan juga pakaian dan trauma fisik. Faktor internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologi seperti sistem kekebalan, pengaturan suhu dan jantung, serta perubahan biologis.

2). Ancaman Sistem Diri
  • Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran. Faktor eksternal yang mempengaruhi harga diri adalah kehilangan, dilematik, tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya.

3). Faktor Lain Menurut Model Integritas
  1. Perbedaan dipengaruhi kecemasan sehingga untuk menyelamatkan dari stimulus yang mengancam adalah dengan cara menghindar.
  2. Indivi du lahir mempunyai sistem saraf otonom yang lebih peka terhadap ancaman atau stressor.
  3. Masa anak-anak dan dewasa dalam belajar mencari pengalaman mungkin dengan menentukan tingkat kecemasan dan situasi yang pada dasarnya akan menimbulkan kecemasan.
  4. Ketidakmampuan mengatasi situasi berbaya dengan adaptif bisa menimbulkan kecenderungan untuk berespon terhadap kecemasan.
  5. Fungsi kognitif dapat berkesinambungan yang berfokus pada kecemasan sehingga fungsi tersebut mempunyai antisipasi untuk menahan stimulus yang menimbulkan kecemasan.
  6. Seseorang mungkin lebih mudah terancam rasa amannya terutama trauma intelegensi dan mawas diri.

TINGKAT KECEMASAN
  • Menurut Stuart and Sundeen, 1991, tinngkat kecemasan dibagi empat, yaitu :
1). Kecemasan Ringan
  • Berhuhungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan kreativitas.
2). Kecemasan Sedang
  • Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingg seseorang mengalami perhatian selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah
3). Kecemasan Berat
  • Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada orang lain.
4). Panik
  • Berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan kendali Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan . Panik melibatkan disorganisasi keprihadian, peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan tidak sebagian sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan.

KARAKTERISTIK TINGKAT KECEMASAN

1). Kecemasan Ringan
  • Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gejala ringan berkeringat.
  • Kognitif : Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah aktual.
  • Perilaku dan emosi: Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi

2). Kecemasan Sedang
  • Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah meningkat. Mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi,gelisah
  • Kognitif : Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatianya
  • Perilaku dan emosi: Gerakan ntersentak-sentak, meremas tangan,bicara lebih banyak dan cepat,susah tidur dan perasaan tidak aman

3). Kecemasan Berat
  • Fisik: Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.
  • Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
  • Perilaku dan emosi: Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.

4). Kecemasan Panik
  • Fisik: Nafas pendek. rasa tercekik dan palpitasi sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.
  • Kognitif : Lapangpersepsi sangat menyempit tidak dapat berpikir logis.
  • Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, marah ketakutan, berteriak, blocking, kehilangan kontrol diri, persepsi datar.

UKURAN SKALA KECEMASAN
  • Ukuran skala kecemasan rentang respon kecemasan dapat ditentukan dengan gejala yang ada dengan menggunakan Hamilton anxietas rating scale (Stuart & Sundeen,1991) dengan skala HARS terdiri dari 14 Komponen yaitu :
  1. Perasaan Cemas meliputi Cemas, takut, mudah tersinggung dan firasat buruk
  2. Ketegangan meliputi lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah, mudah terkejut dan mudah menangis
  3. Ketakutan meliputi akan gelap, ditinggal sendiri, orang asing, binatang besar, keramaian lalulintas, kerumunan orang banyak
  4. Gangguan Tidur meliputi sukar tidur, terbangun malam hari, tidak puas, bangun lesu, sering mimpi buruk, dan mimpi menakutkan
  5. Gangguan kecerdasan meliputi daya ingat buruk
  6. Perasaan depresi meliputi kehilangan minat , sedih, bangun dini hari, berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah – ubah sepanjang hari
  7. Gejala somatic meliputi nyeri otot kaki, kedutan otot, gigi gemertak, suara tidak stabil
  8. Gejala Sensorik meliputi tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas, perasaan di tusuk – tusuk
  9. Gejala kardiovakuler meliputi tachicardi , berdebar – debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap
  10. Gejala Pernapasan meliputi rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa napas pendek atau sesak, sering menarik napas panjang
  11. Gejala Saluran Pencernaan makanan meliputi sulit menelan, mual, muntah, enek, konstipasi, perut melilit, defekasi lembek, gangguan pemcernaan, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, rasa panas di perut, berat badan menurun, perut terasa panas atau kembung
  12. Gejala Urogenital meliputi sering kencing, tidak dapat menahan kencing
  13. Gejala Vegetatif atau Otonom meliputi mulut kering, muka kering, mudah berkeringat , sering pusing atau sakit kepala, bulu roma berdiri
  14. Perilaku sewaktu wawancara meliputi gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat, muka merah

Adapun cara penilaiannya adalah dengan sistem scoring yaitu :
  • Nilai 0 = Tidak ada gejala
  • Nilai 1 = Gejala Ringan (Satu gejala dari pilihan yang ada)
  • Nilai 2 = Gejala Sedang (separo dari gejala yang ada)
  • Nilai 3 = Gejala Berat (Lebih dari separo gejala yang ada)
  • Nilai 4 = Gejala Berat Sekali (Semua gejala ada)
Bila :
  • Skor kurang dari 14 = Tidak ada kecemasan
  • Skor 14 - 20 = Kecemasan ringan
  • Skor 21 – 27 = Kecemasan sedang
  • Skor 28 – 41 = Kecemasan berat
  • Skor 42 – 56 = Kecemasan berat sekali

MEKANISME KOPING
  • Ketika mengalami kecemasan individu menggunakan bermacam-macam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dalam bentuk ringan, mekanisme koping, dapat diatasi dengan menangis. tidur. tertawa, olah raga, melamun, dan merokok. Namun bila bentuknya lebih berat seperti panik, ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan awal penyebab perilaku patologis yang mengancam ego dimana individu menggunakan energi yang lebih besar untuk mengatasi ancaman tersebut.
  • Mekanisme koping seseorang yang digunakan untuk mengatasi kecemasan ringan biasanya akan digunakan juga apabila mengalami kecemasan yang lebih berat. Kecemasan sedang dan berat dapat menimbulkan mekanisme koping sebagai berikut :

1).  Reaksi Orientasi
  • Pemecahan masalah secara sadar yang berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistik, dapat berupa konstruktif atau destruktif :
  1. Perilaku menyerang (agresif), biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
  2. Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik maupun psikologis.
  3. Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.

2). Mekanisme Pertahanan Ego
  • Membantu seseorang; untuk mengatasi kecemasan ringan dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk memper tahankan keseimbangan.

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN
  • Tidak semua kecemasan dapat dikatakan bersifat patologis ada juga kecemasan yang bersifat normal Dibawah ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan menurut Adikusumo (2003) dari berbagai sumber :

1. Faktor Internal

a. Usia
  • Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan, reasurance dan nasehat- nasehat.
b. Pengalaman
  • Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman menghadapi stres dan punya cara menghadapinya akan cenderung lebih menganggap stres yang bertapun sebagai masalah yang bisa diseleseikan. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan belajar dari pengalaman dapat meningkatkan ketrampilan menghadapi stres.
c. Aset Fisik
  • Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan menggunakan aset ini untuk menghalau stres yang datang mengganggu.

2. Faktor Eksternal

a. Pengetahuan
  • Seseorang yang mempunyai ilmu pengtahuan dan kemampuan intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu tersebut.
b. Pendidikan
  • Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk menghadapi stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin mampu menghadapi stres yang ada.
c. Financial/ Material
  • Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan individu tersebut mengalami stres berupa kekacauan finansial, bila hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset finasialnya terbatas.
d. Keluarga
  • Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi suami akan dapat memberikan bumper kepada kondisi stres suaminya.
e. Obat
  • Dalam bidang Psikiatri dikenala obata- obatan yang tergolong dalam kelompok anti ansietas. Obat- obat ini mempunyai kasiat mengatasi ansietas sehingga penderitanya cukup tenang.
f. Sosial Budaya Suport.
  • Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan sekitar individu akan sangat membantu seseorang dalam menghadapi stresor, pemecahan asalah bersama- sama dan tukar pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu lebih siap menghadapi stres yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedure penelitian suatu pendekatan Praktek. Jogya : Rineka Cipta
  2. Arikunto, Suharsini. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
  3. Aziz Alimul H,S. kwp, Ners. (2003). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
  4. Adikusuma. (1999). Penatalaksanaan Stres.http://www.kabefarma.com 123.htm (diakses 5 maret 2007)
  5. Baskoro. (2009). Kahamilan Resiko Tinggi. Jakarta : Rineka Cipta.
  6. Burns & Grove (1999), Metodology Research . Jakarta : Rineka Cipta
  7. Carpeneto. (2000). Buku saku keperawatan Edisi III. Jakarta.EGC
  8. Departemen kesehatan dan Kesejahteraan sosial Republik Indonesia. 2008. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
  9. Freund, Sigmund. (2002). Psicoanalis A General Intruduction to Psicoanalisis
  10. Kertidjo,2002.Pengaruh latihan olah raga pernafasan Bio Energy Power terhadap derajat Ansietas dan depresi,www/http: bionergy power.com/ansietas.htm ( Diakses 8 pebrruari 2007)
  11. Mocthar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Jilid I Ed. 2. Jakarta : EGC
  12. Manuaba, (1998), Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan Jakarta : Buku Kedokteran EGC
  13. Notoatmojo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
  14. Nursalam. (2000). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  15. Nursalam dan Pariani. (2001). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: S.Agung Seto.
  16. Nuryanto, 2008. Kecemasan dalam Persalinan. Jakarta : EGC.
  17. Santoso, Singgih. (2001).Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta: Gremedia
  18. Sugiono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabet
  19. Suhaeni. (2009). Kecemasan dalam Persalinan. Jakarta : EGC.
  20. Susenas, (2006). Buku Peran Bidan Dalam Menolong Persalinan. Jakarta : Rineka Cipta.
  21. Stuart & Sundeen (1991), Buku saku keperawatan jiwa,buku kedokteran jiwa. Jakarta EGC
  22. Sivalintar,2007,Rasa takut dan Ansietas, www//http:sivalintar.com.ansietas.htm (diakses 28 pebruari 2007)
  23. Savitri,2003. Kecemasan.Jakarta. Pustaka Popular Obor.

PNEUMONIA Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

PNEUMONIA

PENGERTIAN PNEUMONIA

  • Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan benda – benda asing (Muttaqin, 2008).
  • Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis pneumonia pada anak dibedakan menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia), Pneumonia interstisialis (Mansjoer, 2000).
PENYEBAB PNEUMONIA
  • Menurut Muttaqin (2008), Pneumonia terbilang penyakit berbahaya karena cara penularannya yang sangat mudah. Penyakit pneumonia dapat menular melalui percikan ludah yang menyebar lewat udara saat bersin batuk, ataupun bicara.
  • Pneumonia bukanlah penyakit tunggal.
  • Penyebabnya bisa bermacam – macam dan diketahui 30 sumber infeksi, dengan 4 sumber utama yaitu :
1. Pneumonia oleh bakteri
  • Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Orang – orang dengan gangguan pernafasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah orang yang paling beresiko. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcos pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun karena sakit, tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

2. Pneumonia oleh virus
  • Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus ini kebanyakan menyerang saluran pernafasan bagian atas terutama pada balita, gangguan ini bisa memicu pneumonia.

3. Pneumonia Mikoplasma
  • Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal atau atypical pneumonia.

4. Pneumonia jenis lain
  • Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur.

  • Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2005) antara lain :
  1. Status gizi bayi
  2. Imunisasi tidak lengkap
  3. Lingkungan
  4. Kondisi sosial ekonomi orang tua

PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
  • Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007)

KLASIFIKASI PNEUMONIA
  • Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnose medis dan hanya bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan yang berada di lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat penanganan. Klasifikasi tersebut adalah:
1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala :
  • Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.
  • Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
  • Terdapat stridor ( suara napas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi )

2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat adalah :
  • Anak usia 2 – 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.
  • Anak Usia 1 – 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.

3. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda – tanda atau penyakit sangat berat.

TANDA DAN GEJALA
  • Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas, perkusi pekak, fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi. (Mansjoer,2000,hal 467 )
  • Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.
  • Menurut Muttaqin (2008) pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba – tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri kepala.

KOMPLIKASI PNEUMONIA
  • Pada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi karena adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang untuk tempat oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel tubuh tidak bisa bekerja karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita pneumonia juga bisa meninggal (Muttaqin, 2008).

Menurut Mansjoer (2000) komplikasi pneumonia yaitu :
  1. Abses kulit
  2. Abses jaringan lunak
  3. Otitis media
  4. Sinusitis
  5. Meningitis purualenta
  6. Perikarditis

PEMERIKSAAN PNEUMONIA

1) Pemeriksaan fisik
1.I nspeksi
  • Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.

2. Palpasi
  • Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.

3. Perkusi
  • Suara redup pada sisi yang sakit.

4. Auskultasi
  • Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboraturium
  • Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3
  • Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.
  • LED meningkat

2. X-foto dada
  • Terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia) atau yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer,2000).

PENANGANAN PNEUMONIA
  • Menurut Mansjoer (2000) Penanganan pneumonia berdasarkan klasifikasi pneumonia :
  1. Pneumonia berat atau pneumonia sangat berat harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.
  2. Pneumonia tidak perlu dirawat dirumah sakit
  3. Batuk bukan pneumonia tidak perlu dirawat tidak perlu antibiaotik.

  • Menurut Mansjoer (2000), Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat atau penyakit sangat berat di puskesmas / balai pengobatan, maka anak perlu dirujuk segera setelah diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai. Dosis pertama antibiotika yang dimaksud adalah klorampenikol yan diberikan secara intramuscular dengan dosis 40 mg/kg BB.
  • Jika anak diklasifikasikan menderita pneumonia, maka tindakan berikut ini diperlukan :
  1. Pemberian antibiotik yang sesuai selama 5 hari.
  2. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
  3. Berikan nasihat kepada orang tua kapan harus segera kembali.
  4. Melakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.

  • Sedangkan untuk anak dengan pneumonia yang dirawat di rumah sakit, diperlukan rencana perawatan yang sesuai dengan masalahanya, yaitu :
1). efektivitas pola napas, rencana perawatan yang diperlukan adalah :
  • Berikan oksigen yang dilembabkan sesuai takikardi.
  • Lakukan fisioterapi dada : kerjakan sesuai jadwal.
  • Observasi tanda vital
  • Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai advis.
  • Periksa dan catat hasil x-ray dada dan jumlah sel darah putih sesuai indikasi.
  • Lakukan suction bila perlu.
  • Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya, pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas.
  • Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2). Devisit volume cairan, intervensi yang diperlukan adalah :
  1. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.
  2. Catat secara akurat intake dan output.
  3. Kaji dan catat tanda vital serta gejala kekurangan cairan.
  4. Periksa dan catat BJ urine tiap 4 jam atau sesuai advis.
  5. Lakukan perawatan mulut sesuai dengan kebutuhan.
  6. Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam monitoring intake dan output serta dalam mengenali tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
  7. Ciptakan situasi yang nyaman.

PENCEGAHAN PNEUMONIA
  • Menurut Theresia (2009), Pencegahan Pneumonia dapat dilakukan dengan cara hidup bersih dan sehat dan memberikan nutrisi yang baik pada balita. Disamping itu, perlu diberikan vaksin pneumokokus pada bayi dan anak sedini mungkin.
  • Menurut Raymondnelson dan bambang (2009), Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara :
  1. Memberikan vaksinasi pneumokokus atau sering juga disebut sebagai vaksin IPD.
  2. Memberikan imunisasi pada anak sesuai waktunya.
  3. Menjaga keseimbangan nutrisi anak.
  4. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara cukup istirahat dan juga banyak olahraga.
  5. Mengusahakan agar ruangan tempat tinggal mempunyai udara yang bersih dan ventilasi yang cukup.

PENGOBATAN PNEUMONIA
  • Menurut Mansjoer (2000), pengobatan pneumonia dapat dilakukan dengan cara pemberian antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

1. Untuk kasus pneumonia community base :
  • Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
  • Klorampenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

2. Untuk pneumoni hospital base :
  • Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
  • Amikasin 10 – 15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

DAFTAR PUSTAKA

  1. Aziz . 2003. Metode Penelitian Keperawatan dan Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
  2. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Salemba Medika.
  3. Anwar. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Pustaka Media.
  4. Bengjay, 2009, Pengertian PHBS http://www.elisa.ugm.com di akses tanggal 31 Mei 2010 jam 20.00 wib
  5. Choirunisa. 2009. Panduan Terpenting Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta : Moncer Publisher
  6. Depkes, 2008, Cakupan PHBS http://www.Depkes.co.id di akses tanggal 30 Mei 2010 jam 19.50 wib
  7. Dinkes Jatim, 2008, Cakupan PHBS http://www.Dinkesjatim.co.id di akses tanggal 30 Mei 2010 jam 19.25 wib
  8. Effendy N, 2001, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
  9. Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : media aesculapius.
  10. Markum, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.
  11. Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika.
  12. Mochfoedz, Irchan. 2005. Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Kayon.
  13. Notoatmodjo, 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
  14. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
  15. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
  16. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
  17. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.
  18. Raymondnelson.2009.Waspadapneumonia.http://pencegahan.pneumonia.com/ read/2009.htm. di akses tanggal 5 juni 2010 jam 18.33 wib
  19. Sipahutar.2007.KonsepPneumonia.http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id. di akses tanggal 23 juli 2010 jam 20.15 wib
  20. Supartini Y.2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
  21. Soetjiningsih. 2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
  22. Theresia. 2009. Jangan Anggap Enteng Pneumonia. http://kesehatan.kompas. com/read/2009/09/12/13191250/Jangan.Anggap.Enteng.Pneumonia.di akses tanggal 4 juni 2010 jam 19.15 wib
  23. Wikipedia. 2009. Ciri Khas Perkembangan Balita. Http://id.wikipedia.org/wiki/ Balita diakses tanggal 4 juni 2010 jam 19.00 wib

    KONSEP PERSALINAN Menurut dr-suparyanto

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    KONSEP PERSALINAN

    Teori persalinan menurut Mochtar (1998) adalah sebagai berikut: 

    1. Pengertian Persalinan
    • Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.

    2. Tanda-tanda Permulaan Persalinan
    • Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki "bulannya" atau "minggunya" atau "harinya" yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor).
    Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
    1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepah, turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
    2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
    3. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
    4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi -kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut 'false labor pains ".
    5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur dash (bloody show).

    3. Tanda-tanda Inpartu
    1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
    2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan pada serviks.
    3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
    4. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

    4. Faktor-faktor yang Berperan Dalam Persalinan

    a. Power (tenaga atau kekuatan)
    1. His (kontraksi otot rahim)
    2. Kontraksi otot dinding perut
    3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
    4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotumdum

    b. Passage (jalan lahir)
    • Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagian tulang dan jalan lahir bagian lunak. Jalan lahir bagian tulang terdiri atas tulang-tulang panggul dan sendi-sendinya, sedang bagian lunak terdiri atas otot-otot jaringan dan ligamen-ligamen. Dalam proses persalinan pervaginam janin harus melewati jalan lahir. Jika jalan lahir khususnya bagian tulang mempunyai bentuk dan ukuran rata-rata normal, maka dengan kekuatan yang normal pula persalinan pervaginam akan berlangsung tanpa kesulitan.

    c. Passanger (janin)
    • Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan janinnya kelak. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian lain akan mudah, menyusul kemudian.

    d. Penolong
    • Penolong persalinan memiliki ketrampilan dan pengetahuan untuk memberikan asuhan yang mengacu pada upaya-upaya pencegahan yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi ibu dan bayi baru lahir. Adanya kerjasama, pengertian clan kepercayaan antara perLolong dan wanita akan bersalin perlu dibina dengan baik. Penolong sebaiknya memberikan rasa simpati dan kepercayaan kepada ibu, jangan ada gelak tawa dan komentar yang menyinggung perasaan ibu.

    e. Psikis Ibu
    • Banyak calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas. Tidaklah mudah untuk menghilangkan perasaan takut yang sudah berakar dalam itu. Untuk itu perlu ditanamkan kepercayaan pada ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar. Karena ketakutan mempunyai pengaruh yang tidak baik bagi his dan bagi lancarnya pembukaan. Oleh karena itu diperlukan kesabaran, ketenangan dan bebas dari rasa takut untuk memperlancar kala I dan II. Partus lama dapat disebabkan karena faktor psikologik, yang mengakibatkan his menjadi kurang baik dan pembukaan kurang lancar. Pendekatan emosional yang salah dapat menyebabkan inersia uteri. Partus prematurus dapat disebabkan oleh tegangan psikis dan tekanan hidup. (Mochtar, 1998 dan Wiknjosastro, 2002).

    5. Proses Persalinan Terdiri dari 4 kala
    1. Kala I: waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
    2. Kala II: kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejang mendorong janin keluar hingga la'air.
    3. Kala III: waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
    4. Kala IV: mulai dari lahirnya uri sampai observasi selama 2 jam.
    Tabe 2.1 Lamanya Persalinan Pada Primigravida dan Multigravida

    KALA Primigravida Multigravida
    Kala I 10-12 jam 6-8 jam
    Kala II 1-1.5 jam 0.5-1 jam
    Kala III 10 menit 10 menit
    Kala IV 2 jam 2 jam

    Jumlah (tanpa memasukkan kala IV yang bersifat observasi)
    10-12 jam 8-10 jam
    Sumber : Manuaba, 1998

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedure penelitian suatu pendekatan Praktek. Jogya : Rineka Cipta
    2. Arikunto, Suharsini. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
    3. Aziz Alimul H,S. kwp, Ners. (2003). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
    4. Adikusuma. (1999). Penatalaksanaan Stres.http://www.kabefarma.com 123.htm (diakses 5 maret 2007)
    5. Baskoro. (2009). Kahamilan Resiko Tinggi. Jakarta : Rineka Cipta.
    6. Burns & Grove (1999), Metodology Research . Jakarta : Rineka Cipta
    7. Carpeneto. (2000). Buku saku keperawatan Edisi III. Jakarta.EGC
    8. Departemen kesehatan dan Kesejahteraan sosial Republik Indonesia. 2008. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
    9. Freund, Sigmund. (2002). Psicoanalis A General Intruduction to Psicoanalisis
    10. Kertidjo,2002.Pengaruh latihan olah raga pernafasan Bio Energy Power terhadap derajat Ansietas dan depresi,www/http: bionergy power.com/ansietas.htm ( Diakses 8 pebrruari 2007)
    11. Mocthar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Jilid I Ed. 2. Jakarta : EGC
    12. Manuaba, (1998), Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan Jakarta : Buku Kedokteran EGC
    13. Notoatmojo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
    14. Nursalam. (2000). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
    15. Nursalam dan Pariani. (2001). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: S.Agung Seto.
    16. Nuryanto, 2008. Kecemasan dalam Persalinan. Jakarta : EGC.
    17. Santoso, Singgih. (2001).Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta: Gremedia
    18. Sugiono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabet
    19. Suhaeni. (2009). Kecemasan dalam Persalinan. Jakarta : EGC.
    20. Susenas, (2006). Buku Peran Bidan Dalam Menolong Persalinan. Jakarta : Rineka Cipta.
    21. Stuart & Sundeen (1991), Buku saku keperawatan jiwa,buku kedokteran jiwa. Jakarta EGC
    22. Sivalintar,2007,Rasa takut dan Ansietas, www//http:sivalintar.com.ansietas.htm (diakses 28 pebruari 2007)
    23. Savitri,2003. Kecemasan.Jakarta. Pustaka Popular Obor.


    KONSEP YOGA Menurut dr-suparyanto

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    KONSEP TERAPI YOGA

    DEFINISI YOGA
    • Secara harafiah kata yoga berarti “bersatu atau bergabung”. Dalam latihan yoga, kita menggabungkan dan menyatukan pikiran dan tubuh kedalam satu kesatuan yang saling melekat dan seimbang. Yoga adalah salah satu sistem perawatan kesehata

    KONSEP BALITA Menurut dr-suparyanto

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    KONSEP BALITA

    PENGERTIAN BALITA
    • Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakh

    KONSEP ISTIRAHAT TIDUR menurut Dr. Suparyanto

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    KONSEP ISTIRAHAT TIDUR

    DEFINISI ISTIRAHAT TIDUR
    • Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya