Friday, April 15, 2011

KISI-KISI SOAL FARMAKOLOGI S1 KEPERAWATAN 2011 Menurut dr-suparyanto


KISI-KISI SOAL FARMAKOLOGI S1 KEPERAWATAN 2011 / 2012 / 2013

  1. Sebutkan efek samping obat isosorbit dinitrat?
  2. Jelaskan cara kerja obat nitrogliserin?
  3. Sebutkan kontraindikasi obat Beta bloker non kardioselektif?
  4. Jelaskan cara kerja obat calsium antagonis?
  5. Beri contoh obat yang meningkatkan kontraksi miokardium?
  6. Beri contoh obat alfa bloker?
  7. Apa yang dimaksud dengan obat diuretik?
  8. Jelaskan cara kerja diuretic manitol?
  9. Beri contoh diuretic kuat?
  10. Beri contoh diuretic hemat kalium?
  11. Bagaimana cara menghindari efek samping aritmia pada pemakaian diuretik?
  12. Pada penderita edema paru, pemilihan diuretic apa yang sesuai?
  13. Jelaskan cara kerja obat parasetamol?
  14. Jelaskan apa saja efek samping dari aspirin?
  15. Sebutkan obat yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi?
  16. Jelaskan asuhan keperawatan penderita gastritis yang harus memakai aspirin?
  17. Pada penderita artritis rematoid, anti inflamasi jenis apa yang paling efektif?
  18. Sebutkan obat yang dipergunakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah?
  19. Apa yang dimaksud dengan obat otonomik?
  20. Sebutkan macam reseptor kolinergik dan adrenergik?
  21. Sebutkan kontraindikasi pemakaian obat kolinergik?
  22. Berikan contoh obat antispasmodic?
  23. Sebutkan obat penawar pada keracunan atropine?
  24. Sebutkan nama lain obat simpatolitik, dan parasimpatolitik?
  25. Beri contoh obat pelumpuh otot?

Monday, April 11, 2011

KISI-KISI SOAL KOMUNITAS 2 SI KEPERAWATAN Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

KISI-KISI SOAL KOMUNITAS 2 SI KEP 2011, 2012, 2013

  1. Siapakah yang mendata masyarakat miskin?
  2. Bagaimana kriteria masyarakat miskin menurut BPS?
  3. Siapa saja yang dapat dilayani dengan berobat gratis di Puskesmas?
  4. Apa itu program Jampersal? Berapa biaya persalinan yang ditanggung pemerintah?
  5. Apa itu Jamkesmas?
  6. Apa beda Jamkesmas dan Jamkesda

Friday, April 8, 2011

tentang MENOPAUSE Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

MENOPAUSE

PENGERTIAN MENOPAUSE
  • Menopause adalah berhentinya mens secara permanen (Varney. H, 2007:301).
  • Menopause adalah masa transisi atau peralihan, dari tahun sebelum menstruasi terakhir sampai setahun sesudahnya (Lestary. D, 2010: 14)
  • Menstruasi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perdarahan menstruasi terakhir dalam kehidupan wanita (Andrews. G, 2010:465).

KARAKTERISTIK USIA MENOPAUSE
  • Menopause (menstruasi terakhir) menandai akhir masa reproduksi seorang wanita dan biasanya terjadi pada wanita berusia antara 45 dan 55 tahun dengan usia rata-rata 51 tahun (Andrews. G, 2010: 532).
  • Biasanya terjadi pada usia 50 tahun (Utama. H, 2006: 2)
.
MACAM-MACAM MENOPAUSE

a. Menopause premature (Dini)
  • Menopause yang terjadi sebelum 40 tahun (Prawirohardjo. S, 2005: 241). Menurut Dr. Purwantyastuti, bila seseorang mengalami henti haid di usia 30-an atau awal 40-an, maka orang tersebut dapat dikatakan mengalami menopause dini.
b. Menopause Normal
  • Menopause yang alami dan umumnya terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau diawal 50 tahun (Andrews. G, 2010:466).
c. Menopause Terlambat
  • Menopause yang terjadi apabila seorang wanita masih mendapat haid di atas 52 tahun (Prawirohardjo. S, 2005: 241).

TANDA DAN GEJALA MENOPAUSE

  • Tanda dan gejala Menopause (Varney. H, 2007: 306) adalah:
a. Perubahan Pola Perdarahan
  • Pola yang paling umum adalah penurunan bertahap jumlah dan durasi aliran menstruasi, menyebabkan terjadinya bercak darah dan kemudian berhenti. Beberapa wanita akan mengalami menstruasi yang lebih sering atau lebih berat, hal ini biasanya refleksi dan produksi estrogen folikuler yang terus-menerus dengan atau tanpa ovulasi
b. Hot flash
  • Periode berulang dan sementara terjadinya kemerahan, berkeringat, dan perasaan panas, sering kali disertai palpitasi dan perasaan ansietas, dan kadang-kadang diikuti dengan demam.
c. Gangguan tidur
  • Masalah tidur yang berkaitan dengan menopause mungkin berkaitan dengan hot flash atau gangguan napas saat tidur. Wanita menopause dengan keluhan hot flash berat beresiko gangguan tidur, sementara wanita gemuk, mendengkur keras atau tidur berlebihan beresiko terhadap gangguan napas saat tidur.
d. Perubahan Atropik
  • Efek jangka panjang penurunan kadar estrogen termasuk penipisan epitelium vagina dan serviks, lapisan kapiler menjadi lebih tampak sebagai kemerahan yang terputus-putus. Ukuran serviks biasanya mengecil dengan menurunnya produksi mukus yang dapat menyebabkan disparenia. Traktus urinarius juga menunjukkan perubahan setelah menopause. Gejalanya dapat meliputi kering atau gatal pada vulva dan vagina atau dispareunia.
e. Perubahan Psikofisiologis
  • Trias gejala psikologis yang sering kali disebut dalam hubungannya dengan menopause adalah depresi alam perasaan, insomnia, dan penurunan minat seksual. Terdapat perbedaan antara insomnia sejati dengan perubahan tidur yang dikaitkan dengan keringat malam berlebihan. Hilangnya libido dapat dipengaruhi sejumlah faktor termasuk peningkatan depresi atau ansietas.
f. Perubahan Berat Badan
  • Menopause seringkali dianggap sebagai penyebab peningkatan berat badan pada wanita usia paruh baya. Rekomendasi untuk meningkatkan olahraga dan diet sehat yang meliputi pengawasan asupan kalori dan lemak harus dibuat untuk wanita seiring pertambahan usia mereka.
g. Perubahan Kulit
  • Sebagian besar perubahan kulit yang diperhatikan wanita pada masa menopause adalah kerusakan karena sinar matahari. Perubahan lain meliputi kulit kering, banyak berkeringat, pengerutan, perubahan fungsi pelindung, penipisan, dan penurunan penyembuhan luka.
h. Seksualitas
  • Selama bertahun-tahun telah menjadi anggapan bahwa semakin tua usia wanita, maka minat seks dan responsif wanita akan menurun. Mayoritas wanita yang mengalami menopause alami tidak melaporkan penurunan dalam hasrat seksual, kesenangan erotik, atau orgasme dan penurunan potensi seksual lebih sedikit pada wanita dibanding pria selama proses penuaan.
i. Perubahan Fungsi Tiroid
  • Disfungsi tiroid menjadi lebih umum terjadi seiring pertambahan usia wanita.


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MENOPAUSE
  • Ada beberapa faktor yang mempengaruhi menopause (Baziad. A, 2003) yaitu:
a. Usia pertama haid
  • Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause. Semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause.
b. Diabetes Melitus
  • Penyakit autoimun seperti Diabetes Melitus menyebabkan terjadinya menopause dini. Pada penyakit autoimun, antibodi yang terbentuk akan menyerang FSH.
c. Perokok berat
  • Pada wanita perokok diperoleh usia menopause lebih awal, sekitar 1,5 tahun (Varney. H, 2006: 302).
d. Minum alkohol
  • Wanita yang nulipara dan wanita yang banyak mengonsumsi daging, atau minum alkohol akan mengalami menopause yang lebih lambat .
e. Status gizi
  • Faktor yang juga mempengaruhi menopause lebih awal bisa dikarenakan konsumsi yang sembarangan. Jika ingin mencegah menopause lebih awal dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti merokok, serta mengonsumsi makanan yang baik misalnya sejak masih muda rajin mengonsumsi makanan sehat seperti kedelai, kacang merah, bengkoang, atau pepaya (Baziad. A, 2010).
f. Sosial ekonomi
  • Menopause dipengaruhi oleh status ekonomi, disamping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosial ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Achmadi. (2009), Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Status Gizi, Ketersediaan dan Produksi Pangan. http:/ anianaharani.blogspot.com diakses pada 17 Pebruari 2011
  2. Andrews, G, (2010), Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita: EGC. Jakarta
  3. Arisman. (2010), Gizi Dalam Daur Kehidupan: EGC. Jakarta
  4. Barasi, M. E, (2007), At A Glance Ilmu Gizi: Erlangga. Surabaya
  5. Baziad, Ali. (2003), Menopause dan Andropause: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
  6. Baziad, Ali. (2010), Waspadai Menopause Dini. http://m.okezone.com diakses pada 7 Pebruari 2011
  7. Gibson. (1990). Pengertian Status Gizi. http:/www.rajawana.com diakses pada 15 Pebruari 2011
  8. Hadi. (2002). Pengertian Status Gizi. http:/www.rajawana.com diakses pada 15 Pebruari 2011
  9. Hanafiah. (1990). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Menghadapi Pre Menopause. http://www.bascommetro.com diakses pada 25 Pebruari 2011
  10. Lestari, D. (2010), Seluk Beluk Menopause: Gara Ilmu. Jogjakarta
  11. Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan: Rineka Cipta. Jakarta
  12. Nursalam. (2008), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Salemba Medika. Jakarta
  13. Paath, E. F. (2005), Gizi Dalam Kespro: EGC. Jakarta
  14. Prasetyo, Iin. (2008), Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Menopause Dini di Desa Kuncen, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. http://digilib.unimus.ac.id diakses pada tanggal 7 Pebruari 2011
  15. Prawirohardjo, S. (2005), Ilmu Kandungan: Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
  16. Purwantyastuti. (2008). Menopause Dini. http:/mimi-breastfriend.blogspot.com diakses pada 17 Pebruari 2011
  17. Sugiyono. (2007), Statistika Untuk Penelitian: Alfabeta. Bandung
  18. Supariasa, I.D.N. (2002), Penilaian Status Gizi: EGC. Jakarta
  19. Tirtawinata, T.C. (2006), Makanan Dalam Prespektif Al Qur’an dan Ilmu Gizi: FKUI. Jakarta
  20. Utama, H. (2006), Gizi Sehat Untuk Perempuan: FKUI. Jakarta
  21. Varney, H. (2007), Buku Ajar Asuhan Kebidanan: EGC. Jakarta
  22. (2009), Kehidupan Seksual Wanita Saat Memasuki Usia Menopause. http://psks.lppm.uns.ac.id diakses pada 17 Pebruari 2011

Saturday, April 2, 2011

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) 2 Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)

PENGERTIAN PUSKESMAS
  • Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan RI, 2004).
a. Unit Pelaksana Teknis
  • Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta u

KONSEP KLIEN / PENERIMA JASA Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M,Kes

KONSEP KLIEN / PENERIMA JASA

PENGERTIAN KLIEN
  • Klien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sakit maupun sehat (Wijono, 1999:1237)

HAK ASASI MANUSIA (HAM)
  • Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Hak asasi manusia adalah Merupakan hak-hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia lahir dan merupakan pemberian dari Tuhan. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdeka

AMENOREA Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP AMENOREA

PENGERTIAN
  • Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Kita berbicara tentang amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapat haid, sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak da

MUTU PELAYANAN KESEHATAN Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

MUTU PELAYANAN KESEHATAN

PENGERTIAN MUTU
  1. Mutu adalah lingkar kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati (Winston Dictionary, 1956).
  2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Danabedian, 1980).
  3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhn kebutuhan para pengguna (Din ISO 8402, 1986).
  4. Kualitas merupakan perwujudan atau gambaran hasil yang dipertemukan kebutuhan dari pelanggan dan oleh karena itu memberikan kepuasan (J.M Juran: Juran's Quality Control Handbook, 1988).
  5. Mutu adalah sesuatu untuk menjamin pencapaian tujuan atau luaran yang diharapkan, dan harus selalu mengikuti perkembangan pengetahuan profesional terkini (consist with current professional knowledge). Untuk itu mutu harus diukur dengan derajat pencapaian tujuan. Berpikir tentang mutu berarti berpikir mengenai tujuan. Mutu harus memenuhi berbagai standar / spesifikasi.

PENGERTIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

  • Beberapa definisi mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
  • Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azrul Azwar, 1996).
  • Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputu, pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk pelayanan dokter, karyawan (Mary R. Zimmerman).
  • Pengertian mutu pelayanan kesehatan (Wijono, 1999) adalah :
  1. Penampilan yang sesuai atau pantas (yang berhubungan dengan standart) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkanpada kematian, kesakitan, ketidak mampuan dan kekurangan gizi (Roemer dan Aquilar, WHO, 1988).
  2. Donabedian, 1980 cit. Wijono, 1999 menyebutkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu pelayanan yang diharapkan untuk memaksimalkan suatu ukuran yang inklusif dari kesejahteraan klien sesudah itu dihitung keseimbangan antara keuntungan yang diraih dan kerugian yang semua itu merupakan penyelesaian proses atau hasil dari pelayanan diseluruh bagian.
  3. Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.
  • Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepusan ini telah diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat subyektif. Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan kesehatan yang sama. Di samping itu, sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi.

BATASAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
  • Untuk mengatasi masalah dalam perbedaan tingkat kepuasaan setiap orang dalam menerima pelayanan kesehatan, maka telah disepakati bahwa pembahasan tentang kepuasan pasien yang dikaitkan dengan mutu pelayanan kesehatan mengenal paling tidak dua pembatasan, yaitu:
1. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
  • Pembatasan pertama yang telah disepakati adalah pada derajat kepuasan pasien. Untuk menghindari adanya subjektivitas individual yang dapat mempersulit pelaksanan program meenjaga mutu, maka ditetapkan bahwa ukuran yang dipakai untuk mengukur kepuasan disini bersifat umum yakni sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.
2. Pembatasan pada upaya yang dilakukan
  • Pembatasan kedua yang telah disepakati pada upaya yang dilakukan dalam menimbulakan rasa puas pada diri setiap pasien. Untuk melindungi kepentingan pemakai jasa pelayanan kesehatan, yang pada umumnya awam terhadap tindakan kedokteran, ditetapkanlah upaya yang dilakukan tersebut harus sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi, bukanlah pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan kata lain dalam pengetian mutu pelayanan kesehatan tercakup pula kesempurnaan tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan prifessi yang telah ditetapkannya.

SYARAT POKOK PELAYANAN KESEHATAN
  • Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud (Azwar, 1996) adalah :
1. Tersedia dan berkesinambungan
  • Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat.
2. Dapat diterima dan wajar
  • Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar.
3. Mudah dicapai
  • Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah dijangkau
  • Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
  • Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

KOMPONEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
  • Berdasar definisi (Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat) ditemukan 5 faktor pokok yang berperan penting dalam menetukan keberhasilan manajemen kesehatan, yaitu: masukan (input), proses (process), keluaran (output), sasaran (target) serta dampak (impact).
1. Input
  • Input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan manajemen. Input berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari menejemen termasuk komitmen, dan stakeholder lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan.
  • Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat, input ada 3 macam, yaitu:
a. Sumber (resources)
  • Sumber (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan barang atau jasa. Sumber (resources) dibagi 3 macam:
1). Sumber tenaga (labour resources) dibedakan atas:
  1. Tenaga ahli (skilled): dokter, bidan, perawat
  2. Tenaga tidak ahli (unskilled): pesuruh, penjaga

2). Sumber modal (capital resources), dibedakan menjadi:
  1. Modal bergerak (working capital): uang, giro
  2. Modal tidak bergerak (fixed capital): bangunan, tanah, sarana kesehatan.

3). Sumber alamiah (natural resources) adalah segala sesuatu yang terdapat di alam, yang tidak termasuk sumber tenaga dan sumber modal.

b.Tatacara (prosedures)
  • Tatacara (procedures): adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang dimiliki dan yang diterapkan.

c.Kesanggupan (capacity)
  • Kesanggupan (capacity): adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana.

  • Menurut Koontz input manajemen ada 4, yaitu Man, Capacity, Managerial, dan Technology. Untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan, macam input ada 4M, yaitu Man, Money, Material, Method. Sedangkan untuk organisasi yang mencari keuntungan, macam input ada 6M, yaitu Man, Money, Material, Method, Machinery, Market.
2. PROSES
  • Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun fungsi manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana pelayanan dilakukan.
  • Macam fungsi manajemen:
  1. Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat ada 6: Planning, Organizing, Directing, Controlling, Coordinating, Evaluation (PODCCE).
  2. Menurut Freeman ada 6: Planning, Actuating, Coordinating, Guidance, Freedom, Responsibility (PACGFR).
  3. Menurut George R. Terry ada 4: Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC).
  4. Menurut Barton ada 8: Planning, Organizing, Staffing, Budgeting, Implementing, Coordinating, Reporting, Evaluation (POSBICRE).
  5. Menurut Luther M. Gullick ada 7: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgeting (POSDCoRB).
  6. Menurut Hendry Fayol ada 5: Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controling (POCCC).

  • Sedangkan fungsi manajemen yang utama adalah:
  1. Planning: termasuk penyusunan anggaran belanja
  2. Organizing: termasuk penyusunan staff
  3. Implementing: termasuk pengarahan, pengkoordinasian, bimbingan, penggerakan dan pengawasan
  4. Penilaian: termasuk penyusunan laporan

OUTPUT
  • Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk manajemen kesehatan, output dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services). Hasil atau output adalah hasil pelaksanaan kegiatan. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek, misalnya akhir darikegiatan pemasangan infus, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek misalnya plebitis setelah 3x24jam pemasangan infus. Macam pelayanan kesehatan adalah Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).

SASARAN
  • Sasaran (target group) adalah kepada siapa output yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut ditujukan:
  1. UKP untuk perseorangan
  2. UKM untuk masyarakat (keluarga dan kelompok)

  • Macam sasaran:
  1. Sasaran langsung (direct target group)
  2. Sasaran tidak langsung (indirect target group)

IMPACT
  • Dampak (impact) adalah akibat yang ditimbulkan oleh output. Untuk manajemen kesehatan dampak yang diharapkan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan dapat tercapai jika kebutuhan (needs) dan tuntutan (demands) perseorangan/masyarakat dapat dipenuhi.
1. Kebutuhan Kesehatan (health needs)
  • Kebutuhan kesehatan (needs) bersifat obyektif, karena itu pemenuhanya bersifat mutlak. Kebutuhan kesehatan sangat ditentukan oleh masalah kesehatan di masyarakat. Masalah kesehatan perorangan/keluarga yang terpenting adalah penyakit yang diderita. Masalah kesehatan masyarakat adalah status kesehatan masyarakat. Menurut Gordon dan Le Right (1950) penyakit/status kesehatan ditentukan oleh 3 faktor: Host, Agent dan Environment. Upaya untuk menemukan kebutuhan masyarakat, perhatian harus ditujukan pada ketiga faktor tsb. Apabila penyebab penyakit diketahui baru dilanjutkan dengan tindak lanjut (solusi).
2. Tuntutan Kesehatan (health demands)
  • Tuntutan kesehatan (health demands) pada dasarnya bersifat subyektif, karena itu pemenuhanya bersifat fakultatif. Tuntutan kesehatan yang subyektif dipengaruhi oleh latar belakang individu (pendidikan, ekonomi, budaya dsb). Tuntutan kesehatan sangat dipengaruhi oleh teknologi kedokteran.

INDIKATOR PENILAIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
  • Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan, yaitu:
  1. Indikator yang mengacu pada aspek medis.
  2. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS.
  3. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien.
  4. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasaan pasien.

  • Kebijakan dalam menjamin mutu pelayanan kesehatan, mencakup:
1. Peningkatan kemampuan dan mutu pelayanan kesehatan
  • Upaya ini melalui pengembangan dan pemantapan jejaring pelayanan kesehatan dan rujukannya serta penetapan pusat-pusat unggulan sebagai pusat rujukan (top referral).
2. Penetapan dan penerapan berbagai standar dan pedoman
  • Yaitu dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dan standar internasional.
3. Peningkatan mutu sumber daya manusia
  • Upaya ini diarahkan pada peningkatan profesionalisme mencakup kompetensi, moral dan etika.
4. Penyelenggaraan Quality Assurance
  • Untuk mengendalikan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan disertai dengan Evidence-based Parcipitatory Continuous Quality Improvement.
5. Percepatan pelaksanaan aktreditasi
  • Yang diarahkan pada pencapaian akreditasi untuk berbagai aspek pelayanan kesehatan.
6. Peningkatan public
  • Peningkatan public-private mix dalam mengatasi berbagai problem pelayanan kesehatan
7. Peningkatan kerjasama dan koordinasi
  • Yang dilakukan antar berbagai pihak yang berkepentingan dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
8. Peningkatan peran serta masyarakat
  • Termasuk swasta dan organisasi profesi dalam penyelenggaraan dan pengawasan pelayanan kesehatan.

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PELAYANAN
  • Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut:
1. Pelanggan dan harapannya
  • Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.
2. Perbaikan kinerja
  • Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward.
3. Proses perbaikan
  • Proses perbaikan juga penting. Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak dirancang dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.
4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus
  • Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan terus-menerus.
  • Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, maka perlu dilaksanakan berbagai upaya. Upaya ini harus dilakukan secara sistematik, konsisten dan terus menerus.

  • Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan mencakup :
1). Penataan organisasi
  • Penataan organisasi menjadi organisasi yang efisien, efektif dengan struktur dan uraian tugas yang tidak tumpang tindih, dan jalinan hubungan kerja yang jelas dengan berpegang pada prinsip organization through the function.
2). Regulasi peraturan perundangan
  • Pengkajian secara komprehensif terhadap berbagai peraturan perundangan yang telah ada dan diikuti dengan regulasi yang mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut di atas.
3). Pemantapan jejaring
  • Pengembangan dan pemantapan jejaring dengan pusat unggulan pelayanan dan sistem rujukannya akan sangat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan, sehingga dengan demikian akan meningkatkan mutu pelayanan.
4). Standarisasi
  • Standarisasi merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan, meliputi standar tenaga baik kuantitatif maupun kualitatif, sarana dan fasilitas, kemampuan, metode, pencatatan dan pelaporan dan lain-lain. Luaran yang diharapkan juga harus distandarisasi. 5)Pengembangan sumber daya manusia
  • Penyelenggaraan berbagai pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan dan berkesinambungan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, yang kompeten dan memiliki moral dan etika, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan inovatif serta bersikap antisipatif terhadap berbagai perubahan yang akan terjadi baik perubahan secara lokal maupun global.
6). Quality Assurance
  • Berbagai komponen kegiatan quality assurance harus segera dilaksanakan dengan diikuti oleh perencanaan dan pelaksanaan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan untuk mencapai peningkatan mutu pelayanan. Data dan informasi yang diperoleh dianalysis dengan cermat ( root cause analysis ) dan dilanjutkan dengan penyusunan rancangan tindakan perbaikan yang tepat dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Semuanya ini dilakukan dengan pendekatan “tailor’s model“ dan Plan- Do- Control- Action (PDCA).
7). Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
  • Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan dengan membangun kerjasama dan kolaborasi dengan pusat-pusat unggulan baik yang bertaraf lokal atau dalam negeri maupun internasional. Penerapan berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek pembiayaan.
8). Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi profesi
  • Peningkatan peran organisasi profesi terutama dalam pembinaan anggota sesuai dengan standar profesi dan peningkatan mutu sumber daya manusia.
9). Peningkatan kontrol sosial
  • Peningkatan pengawasan dan kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan akan meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan mutu pelayanan.

SISTEM DAN MEKANISME PENINGKATAN MUTU PELAYANAN TERUS-MENERUS
  • Untuk memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan harus menuju peningkatan mutu yang terus menerus. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus menerus, pilar utamanya terdiri atas hal-hal berikut:
1. Visi manajemen dan komitmen
  • Nilai organisasi dan komitmen dari semua level sangat diperlukan.
2. Tanggung jawab
  • Agar setiap orang beranggung jawab, maka perlu standar yang kuat.
3. Pengukuran umpan balik
  • Perlu dibuat sistem evaluasi sehingga dapat mengukur apakah kita mempunyai informasi yang cukup.
4. Pemecahan masalah dan proses perbaikan
  • Ketepatan waktu, pengorganisasian sistem yang efektif untuk menyelesaikan keluhan, dan masalah sistem memerlukan proses perbaikan dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan.
5. Komunikasi
  • Perlu ada mekanisme komunikasi yang jelas. Jika tidak ada informasi, maka petugas atau staf merasa diabaikan dan tidak dihargai.
6. Pengembangan staf dan pelatihan
  • Pengembangan staf dan pelatihan berhubengan dengan pengembangan sumber daya yang dapt mempengaruhi kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan.
7. Keterlibatan tim kesehatan
  • Perlu ketrlibatan tim kesehatan agar mereka terlibat dan berperan serta dalam strategi organisasi.
8. Penghargaan dan pengakuan
  • Sebagai bagian dari strategi, perlu memberikan penghargaan dan pengakuan kepada visi pelayanan dan nilai sehingga individu maupun tim mendapat insentif untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
9. Keterlibatan dan pemberdayaan staf
  • Staf yang terlibat adalah yang mempunyai keterikatan dan tanggung jawab.
10. Mengingatkan kembali dan pemberdayaan
  • Petugas harus diingatkan tentang prioritas pelayanan yang harus diberikan.

  • Mekanisme peningkatan mutu pelayanan menurut Trilogi Juran adalah sebagai berikut:
1. Quality Planning, meliputi:
  1. Menentukan pelanggan.
  2. Menentukan kebutuhan pelanggan.
  3. Mengembangkan gambaran produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
  4. Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan gambaran produk.
  5. Mentrasfer rencana menjadi kebutuhan pelaksanaan.

2. Quality Control, meliputi:
  1. Mengevaluasi kinerja produk saat ini.
  2. Membandingkan kinerja sesungguhnya dengan tujuan produk
  3. Melaksanakan atau memperbaiki perbedaan.

3. Quality Improvement, meliputi:
  1. Mengembangkan infrastruktur.
  2. Mengidentifikasi proyek peningkatan mutu.
  3. Membentuk tim mutu.
  4. Menyiapkan tim dengan sumber daya dan pelatihan serta motivasi untuk mendiagnosis penyebab, menstimulasi perbaikan, dan mengembangkan pengawasan untuk mempertahankan peningkatan.

REFERENSI

  1. Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
  2. http://dr-suparyanto.blogspot.com/search/label/Komunitas
  3. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/pelayanan-kesehatan-health-service.html
  4. http://drsuparyanto.blogspot.com/search/label/Kuliah%20Manajemen%20dan%20Organisasi
  5. http://cafe-radiologi.blogspot.com/2010/09/pelayanan-kesehatan-dan-mutu-pelayanan.html
  6. http://www.gudangmateri.com/2010/10/aturan-standar-mutu-pelayanan-kesehatan.html


BUDAYA KESEHATAN Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

BUDAYA KESEHATAN

PENGERTIAN BUDAYA
  • Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai"kultur"dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
  • Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
  • Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
  • Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
  • Menurut konsep budaya Leinenger, karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut:
  1. Budaya merupakan pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis.
  2. Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya itu diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan.
  3. Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
  • Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

  • Beberapa pendapat ahli yang mengemukakan komponen atau unsur kebudayaan antara lain sebagai berikut.
a. Melville J. Herskovits (2007) menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
  1. alat-alat teknologi
  2. sistem ekonomi
  3. keluarga
  4. kekuasaan politik

b. Bronislaw Malinowski (2007) mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
  1. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
  2. organisasi ekonomi
  3. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
  4. organisasi kekuatan (politik)

WUJUD DAN KOMPONEN BUDAYA

a.Wujud Budaya
  • MenurutD. Oneil(2006), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal)
  • Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
  • Contoh: Konsep manusia perlu berpakaian. Didasarkan pada rasa susila yaitu anusia malu jika telanjang. Dari konsep diatas, didapatkan fungsi pakaian yaitu untuk melindungi tubuh dari cuaca panas, dingin dan tantangan alam, untukmempercantik diri serta memenuhi norma agama dan etika.

2. Aktivitas (tindakan)
  • Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
  • Contoh: Sebagai aplikasi dari gagasan yang dikemukakan, manifestasi pelaksanaanya dilakukan kegiatan pabrik tekstil, penjahit, toko pakaian, peragaan busana, mencuci pakaian dan sebagainya

3. Artefak (karya)
  • Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
  • Contoh: Benda hasil budayanya berupa baju seragam, baju olahraga, baju pesta dan sebagainya
  • Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

b. Komponen Budaya
  • Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
1. Kebudayaan material
  • Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
  • Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

  • Unsur-unsur budaya
1. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
  • Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api, makanan, pakaian, tempat berlindung dan perumahan, alat-alat transportasi

2. Sistem mata pencaharian hidup.
  • Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya: berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan

3. Sistem kekerabatan dan organisasi social
  • Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapatdipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

4. Bahasa.
  • Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Kesenian
  • Karya seni dari peradaban Mesir kuno.Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

6. Sistem kepercayaan
  • Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

BUDAYA KESEHATAN INDONESIA
  • Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki budaya hidup sehat. Hidup sehat adalah hidup bersih dan disiplin sedangkan kebersihan dan kedisiplinan itu sendiri belum menjadi budaya sehari-hari. Budaya memeriksakan secara dini kesehatan anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat dari banyaknya klien yang datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan kesehatan sebagai tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya oleh upaya promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M pada pencegahan demam berdarah belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan atau sudah ada yang terkena demam berdarah.
  • Menanamkan budaya hidup sehat harus sejak dini dengan melibatkan pranata yang ada di masyarakat, seperti posyandu atau sekolah. Posyandu yang ada di komunitas seharusnya diberdayakan untuk menanamkan perilaku hidup bersih,sehat, dan berbudaya pada anak.
  • Di dalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adatistiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri, dan kelangsungan hidup suku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi, yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandangan modern, tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan. Kebiasaan menyusukan bayi yang lama pada beberapa masyarakat, merupakan contoh baik kebiasaan yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada ibu-ibu lanjut usia, tradisi budaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia berusaha menyusui bayinya, dan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi (biasanya demikian), bayi dapat mengalami malnutrisi dan mudah terserang infeksi.
  • Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap mereka terhadap penyakit itu sendiri. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit infeksi seperti cacar atau TBC. Bentuk pengobatan yang diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka anggap penyakit itu disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila mereka duga penyebabnya faktor alamiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan pemikiran secara medis. Di dalam masyarakt industri modern, iatrogenic disease merupakan problema. Budaya modern menuntut merawat penderita di rumah sakit, padahal rumah sakit itulah tempat ideal bagi penyebaran kuman-kuman yang telah resisten terhadap antibiotika.

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
  • Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leinenger, 1987). Keperawatan transkultural merupakan ilmu dan kiat yang humanis, yamh difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya ( Leininger, 1984). Pelayanan keperawatan transkultural diberikan kepada pasien sesuai dengan latar belakang budayanya.

1. Tujuan Keperawatan Transkultural
  • Tujuan pengguanaan keperawatan transkultural adalah pengembangan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan (kultur—culture) yang spesifik dan universal (Leininger,1978). Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain seperti pada suku Osing, Tengger,ataupun Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hamper semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan kesehatan.
  • Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau amis seperti ikan, maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain.
  • Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan klien. Perawat berupaya melakukan strukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat, pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

PERAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI ANEKA BUDAYA
  • Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan.
  • Doheny (1982) mengudentifikasi beberapa elemen peran perawat professional meliputi:
1. Care giver
  • Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan evaluasi yang benar, menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya.
  • Dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan, perawat memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistic dan unik.Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang meliputi intervensi atau tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.

2. Client advocate
  • Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
  • Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, antara lain :
  1. Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit/ sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan
  2. Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain; penyakit yang dideritanya, tindakan medic apa yang hendak dilakukan, alternative lain beserta resikonya, dll

3. Counsellor
  • Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya pula interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/ bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.
4. Educator
  • Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya.

4. Collaborator
  • Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencan maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

5. Coordinator
  • Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai coordinator perawat dapat melakukan hal-hal berikut:
  1. Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
  2. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
  3. Mengembangkan system pelayanan keperawatan
  4. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan

6. Change agent
  • Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir, bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan keperawatan kepada klien

7. Consultan
  • Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik lain.
  • Untuk menghadapi berbagai fenomena kebudayaan yang ada di masyarakat, maka perawat dalam menjalankan perannya harus dapat memahami tahapan pengembangan kompetensi budaya, yaitu:
Pertama:
  1. Pahami bahwa budaya bersifat dinamis.
  2. Hal ini merupakan proses kumulatif dan berkelanjutan
  3. Hal ini dipelajari dan dibagi dengan orang lain.
  4. Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh masyarakat
  5. Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakana dalam hidup.
  6. Secara simbolis terlihat dari bahasa dan interaksi
  7. Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak

Kedua:
  1. Menjadi peduli dengan budaya sendiri.
  2. Proses pemikiran yang terjadi pada perawat juga terjadi pada yang lain, tetapi dalam bentuk atau arti berbeda.
  3. Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal
  4. Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
  5. Ketiga:
  6. Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lain trerutama klien yang diasuh oleh perawat sendiri
  7. Budaya menggambarkan keyakinan bahwa banyak ragam budaya yang ada sudah sesuai dengan budayanya masing-masing
  8. Penting untuk membangun sikap saling menghargai perbedaan budaya dan apresiasi keamanan budaya
  9. Mengembangkan kemampuan untuk bekerja dengan yang lain dalam konteks budaya, diluar penilaian etnosentris


DAFTAR PUSTAKA

  1. Effendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
  2. Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana
  3. Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Friday, April 1, 2011

DETEKSI KANKER SERVIK DENGAN METODE IVA (INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT) Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

DETEKSI KANKER SERVIK DENGAN METODE IVA (INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT)

PENGERTIAN IVA
  • IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)
  • IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
  • Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai predi

KANKER LEHER RAHIM (CARSINOMA CERVIX) Menurut dr-suparyanto

Dr, Suparyanto, M.Kes

KANKER LEHER RAHIM ( CARSINOMA CERVIX)

PENGERTIAN
  • Kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). (Jundi Muhammad, 2010)
  • Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu kankeryang paling sering menyerang wanita dan menjadi ancaman berbahaya bagi para wanita diseluruh dunia. Angka kejadian dan tingkat kematian perempuan akibat kanker serviks cukup tinggi dan diperkirakan akan terus meningkat. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada organ reproduksi wanita. Penyakit ini terjadi pada wanita usia reproduktif antara 20-30 tahun ( Novel S Sinta,dkk,2010).
  • Leher rahim atau serviks terdapat pada bagian ujung bawah rahim yang tersambung ke vagina. Dalam keadaan normal sel-sel rahim wanita dewasa mengalami proses perusakan dan pemb

KONSEP KONTRASEPSI IMPLANT (SUSUK) Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP KONTRASEPSI IMPLANT

PENGERTIAN
  • Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi bawah Kulit (Hanafi, 2004). Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan disusukan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing batang diisi dengan 70mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009)

CIRI-CIRI KONTRASEPSI IMPLANT
  1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon
  2. Nyaman
  3. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia rep

KONSEP DASAR KB (KELUARGA BERENCANA) Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP DASAR KB (KELUARGA BERENCANA)

PENGERTIAN KB

  • Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Manuaba, 2003).
  • Keluarga berencana menurut WHO adalah tindakan yang memakai individu atau pasangan suami istri untuk :
  1. Mendapatkan obyek-obyek tertentu
  2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
  3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
  4. Mengatur interval diantara kehamilan
  5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
  6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004)

TUJUAN UMUM KELUARGA BERENCANA
  • Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial – ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga

MASYARAKAT MISKIN (MASKIN) Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M,Kes

MASYARAKAT MISKIN

PENGERTIAN MASYARAKAT MISKIN
  • Masyarakat miskin adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh di bawah standart kelayakan serta mata pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu dimensi politik, dimensi social, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan dimensi asset (P2KP, Pedoman Umum, 2004:1).

KLASIFIKASI MASYARAKAT MISKIN
  • Penggolongan kemiskinan didasarkan pada suatu standar tertentu yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan criteria ini maka dikenal kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok minimum, sedangkan komunitas yang termasuk dalam kemiskinan

KONSEP IUD (INTRA UTERINE DEVICE) Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP IUD

PENGERTIAN IUD

1). Profil
  • Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CUT-380A)
  • Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
  • Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
  • Dapat di pakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
  • Tidak boleh di pakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS) (Saifuddin. AB, 2006).

  • IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipka

KONSEP KONTRASEPSI Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP KONTRASEPSI

  • Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat di lakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi (Mansjoer. A, 2009).
  • Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakib

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN (JAMKESMAS) Menurut dr-suparyanto

Dr. Suparyanto, M.Kes

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN (JAMKESMAS)

PENGERTIAN
  • JAMKESMAS adalah bentuk belanja bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini dilakukan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
  • Penyelenggaraan pelayanan kesehatan peserta mengacu pada prinsip-prinsip:
  1. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata pening